Samarinda, IDN Times - Dalam senyap komunitas ini saling bicara, jemari kiri dan kanan menjadi cara komunikasi. Cekatan membentuk makna unik yang hanya dimengerti oleh mereka saja.
Namun sayang, kelompok tersebut kerap mendapat perlakuan tak adil. Lantaran punya keterbatasan ketika mendengar dan berbicara. Dalam istilah resmi Kamus Besar Bahasa Indonesia, lazim disebut sebagai tuna rungu atau tak bisa mendengar lalu tuna wicara, tidak dapat bicara.
"Mereka lebih suka dipanggil tuli atau teman tuli. Kata itu merupakan bentuk identitas, berbeda makna dengan tuna rungu dan wicara yang seolah memberi pelabelan," ucap Riani Rahayu, Juru Bahasa Isyarat (JBI), Balikpapan saat ditemui di Kegubernuran Kaltim, lantai dua, Kamis (22/8).