Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRCPPA) di Provinsi Kalimantan Timur. (IDN Times/Nina)
Masa kecil Rina dilalui dengan menyedihkan. Hidup dalam keluarga sederhana, membuatnya terkadang harus sendirian di dalam rumah. Sedangkan kedua orangtuanya harus bekerja keras meninggalkannya sendirian tanpa pengawasan.
Ternyata ini menjadi awal mimpi buruk yang mengubah seluruh jalan hidupnya.
“Orang yang melecehkan saya adalah keluarga kerabat orang tua saya sendiri. Kalau gak salah usia orang itu, sudah 30an sedangkan saya masih kelas 1 SD,” bebernya.
Rina yang masih polos tentu tak menyangka pelaku perbuatan bejat tersebut malah berasal dari kerabatnya sendiri. Ia juga tidak berani menceritakan kejadian tersebut pada siapa pun, termasuk pada kedua orangtuanya.
Hanya saja, perilakunya langsung berubah 180 derajat dari semula bocah yang periang mendadak jadi pemurung dan tertutup. Rina juga tidak lagi berani tinggal sendirian di dalam rumah serta memilih ikut ke mana pun orangtuanya pergi.
“Saya tidak pernah lapor. Takut. Waktu itu, pelipis dan bibir saya kan berdarah, karena di pukul pelaku dan saya lari. Bapak saya tanya, itu kenapa? Saya Cuma bilang jatuh,” ungkapnya.
Puluhan tahun berjalan, Rina akhirnya mencoba berdamai dengan keadaan mencoba kejadian menyedihkan itu. Tekatnya sekarang cuma satu, agar pengalamannya itu tidak dialami anak-anak dan perempuan lain.
“Saat ini tidak ada dendam di hati mencoba berdamai dengan keadaan dan berdamai dengan hati. Untuk mengobatinya dengan cara membantu perempuan dan anak yang tertimpa masalah” ungkapnya.