Ilustrasi Sekolah (IDN Times/Arief Rahmat)
Sampai akhirnya handphone Musda tak lagi bisa digunakan. Padahal alat itu satu--satunya harapan Musda dan adiknya agar bisa mengikuti pembelajaran.
Siti mulai memutar otak. Mencari cara agar Musda tak semakin tak tertinggal jauh dari pelajarannya, yakni dengan menggunakan telepon genggam miliknya. Meski sebenarnya tak mudah membagi waktu lima anak sekolah di rumahnya memakai satu handphone untuk sekolah. Ya, tiga anak lagi merupakan anak kandung Siti.
Siti pun mencoba menghubungi pihak sekolah Musda agar nomornya bisa bergabung dalam grup kelas Musda dengan mengirim pesan melalui WhatsApp. Tetapi upaya itu tak membuahkan hasil sebab pihak sekolah belum merespons WhatsApp tersebut.
"Saya WA, saya telepon wali kelasnya, tidak diangkat, itu saya lakukan lagi setelah beberapa hari. Berharap nomor saya ini bisa dimasukkan ke grup sekolah untuk mengetahui tahapan belajar di Musda," kata Siti.
Rupanya, ada kendala lain juga dirasakan Musda. Yakni tak memiliki seragam lengkap, tas, dan buku. Jangankan seragam, bahkan untuk baju sehari-hari Musda saja sudah kekecilan.
Saat itu, Siti berterus terang kepada Musda bahwa dirinya belum mampu membelikan perlengkapan sekolah untuk Musda karena tak memiliki uang. Belum lagi untuk tiga anak lainnya, yang pasti memerlukan hal yang sama.
Cara lainnya agar anak-anaknya bisa mendapat seragam, Siti terpaksa harus meminta kepada tetangga jika memiliki seragam bekas.
"Saya juga minta ke tetangga siapa tahu ada baju bekas sekolah anak mereka. Tapi Musda ini kan badannya besar, jadi jarang ada baju SD temannya yang muat," terangnya.