Revan, putra kedua Rizal sedang mengamati layar laptop yang terhubung dengan mesin sangrai kopi di Kopi Gayo Sumber Rejo. (IDN Times/Erik Alfian)
Ketekunan belajar itulah yang membuahkan hasil. Kini, kedai sederhananya menyimpan kekayaan yang luar biasa - 54 jenis kopi dari seluruh penjuru Nusantara. "Arabika, Robusta, Liberika, sampai Excelsa, semuanya ada," jelasnya dengan bangga.
Awalnya, dia hanya menjual Kopi Gayo sebagai bentuk kecintaan pada tanah kelahirannya. Namun, permintaan konsumen yang beragam membuatnya perlahan memperluas koleksi.
"Ini semua berawal dari masukan konsumen. Mereka minta kopi Bajawa, kopi Malang, atau jenis tertentu, ya saya carikan," jelas dia.
Selama ini, Rizal mengaku langsung memesan biji kopi langsung dari daerah penghasil. Meski menawarkan produk premium, Syafrizal menjaga harga tetap terjangkau. Kisaran harganya berkisar dari Rp 20.000 hingga Rp 40.000 per 100 gram, baik untuk biji kopi maupun yang sudah digiling. Untuk pesanan di atas 2 kilogram, pelanggan harus memesan terlebih dahulu karena sistem stok yang terbatas.
Proses roasting yang dilakukan di tempatnya pun mengikuti irama alamiah. "Kami tidak memaksakan semua jenis di-roasting sekaligus. Saya sesuaikan dengan jenis kopi yang habis saja," terangnya.
Sistem yang terlihat sederhana ini justru mencerminkan filosofi bisnisnya yang dalam – tidak memaksakan kehendak, tapi mengalir sesuai kemampuan.
Begitu pula dalam memilih peralatan. Meski menggunakan mesin roasting lokal dari Malang, Syafrizal yakin dengan kualitasnya. "Harganya jauh lebih murah dan kualitasnya tidak kalah dengan produk luar. Sudah digital dan pakai sistem artisan," kata dia.
Namun, ia menekankan bahwa teknologi secanggih apapun tidak berarti tanpa kepekaan manusia. "Walaupun alatnya canggih, kalau feeling operatornya kurang, kopinya tidak akan bagus," katanya.