Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-10-21 at 12.31.51.jpeg
Syafrizal ditemui di Toko Kopi Gayo Sumber Rejo, Balikpapan, Selasa (21/10/2025) pagi. (IDN Times/Erik Alfian)

Balikpapan, IDN Times — Aroma kopi yang baru disangrai langsung menyergap begitu kaki melangkah ke ruangan berukuran 3x4 meter di Jalan Sumber Rejo I, Balikpapan Tengah. Ruangan sederhana yang kini menjelma menjadi tempat di mana biji-biji kopi dari berbagai penjuru Nusantara disulap menjadi racikan penuh cita rasa.

Di sanalah Syafrizal (56) bersama anaknya, Revan, sibuk menakar dan memanggang biji kopi arabika. Sementara di rak kayu di sudut ruangan, puluhan toples kaca berisi biji kopi dari Aceh hingga Papua tersusun rapi—jejak dari perjalanan panjang seorang ayah yang jatuh cinta pada dunia kopi setelah pensiun.

1. Membangun toko kopi seteleh pensiun

Syafrizal ditemui di Toko Kopi Gayo Sumber Rejo, Balikpapan, Selasa (21/10/2025) pagi. (IDN Times/Erik Alfian)

Setelah 16 tahun bekerja di perusahaan pertambangan, pria yang akrab disapa Rizal ini memutuskan untuk pensiun dan memulai babak baru. Toko Kopi Gayo Sumber Rejo ini juga punya nama lain, Van Van Roastery.

"Van Van diambil dari nama putra kedua saya Revan, dia biasanya dipanggilnya van van. Jadi sederhana saja penamaannya," sebut pria berkacamata ini.

Proses transformasi dari karyawan menjadi pengusaha kopi tidak instan. Dengan bekal buku dan tayangan YouTube, pria kelahiran Aceh ini belajar secara otodidak cara memilih, memilah, hingga mengolah biji kopi.

Rizal menyebut, selama lima bulan sebelum membuka toko kopi, ia mengaku tekun mempelajari seluk-beluk kopi dari literatur.

"Gagal pasti pernah, karena kan modalnya buku, youtube, dan mencoba. Tapi akhirnya jam terbang jadi kunci utama," kenangnya dengan bijak.

2. Sediakan 54 biji kopi dari seluruh Nusantara

Revan, putra kedua Rizal sedang mengamati layar laptop yang terhubung dengan mesin sangrai kopi di Kopi Gayo Sumber Rejo. (IDN Times/Erik Alfian)

Ketekunan belajar itulah yang membuahkan hasil. Kini, kedai sederhananya menyimpan kekayaan yang luar biasa - 54 jenis kopi dari seluruh penjuru Nusantara. "Arabika, Robusta, Liberika, sampai Excelsa, semuanya ada," jelasnya dengan bangga.

Awalnya, dia hanya menjual Kopi Gayo sebagai bentuk kecintaan pada tanah kelahirannya. Namun, permintaan konsumen yang beragam membuatnya perlahan memperluas koleksi.

"Ini semua berawal dari masukan konsumen. Mereka minta kopi Bajawa, kopi Malang, atau jenis tertentu, ya saya carikan," jelas dia.

Selama ini, Rizal mengaku langsung memesan biji kopi langsung dari daerah penghasil. Meski menawarkan produk premium, Syafrizal menjaga harga tetap terjangkau. Kisaran harganya berkisar dari Rp 20.000 hingga Rp 40.000 per 100 gram, baik untuk biji kopi maupun yang sudah digiling. Untuk pesanan di atas 2 kilogram, pelanggan harus memesan terlebih dahulu karena sistem stok yang terbatas.

Proses roasting yang dilakukan di tempatnya pun mengikuti irama alamiah. "Kami tidak memaksakan semua jenis di-roasting sekaligus. Saya sesuaikan dengan jenis kopi yang habis saja," terangnya.

Sistem yang terlihat sederhana ini justru mencerminkan filosofi bisnisnya yang dalam – tidak memaksakan kehendak, tapi mengalir sesuai kemampuan.

Begitu pula dalam memilih peralatan. Meski menggunakan mesin roasting lokal dari Malang, Syafrizal yakin dengan kualitasnya. "Harganya jauh lebih murah dan kualitasnya tidak kalah dengan produk luar. Sudah digital dan pakai sistem artisan," kata dia.

Namun, ia menekankan bahwa teknologi secanggih apapun tidak berarti tanpa kepekaan manusia. "Walaupun alatnya canggih, kalau feeling operatornya kurang, kopinya tidak akan bagus," katanya.

3. Tanpa promosi aktif

Syafrizal ditemui di Toko Kopi Gayo Sumber Rejo, Balikpapan, Selasa (21/10/2025) pagi. (IDN Times/Erik Alfian)

Yang paling menyentuh dari perbincangan dengan Syafrizal adalah filosofi hidupnya yang tenang. Di tengah persaingan bisnis kopi di Balikpapan yang semakin ketat, ia justru tidak merasa memiliki tantangan berarti.

"Saya buka toko, ada yang datang silakan, tidak datang tidak masalah. Soal rezeki, itu bukan urusan saya," ujarnya dengan sikap pasrah yang penuh keyakinan.

Ia pun mengaku hampir tidak pernah melakukan promosi aktif. "Yang promosikan mungkin dari pelanggan atau lewat Instagram. Saya percaya pada Yang Kuasa. Kalau Dia mempermudah, ya lebih mudah kita," tuntas Rizal yakin.

Editorial Team