Ummu Salamah bersama anak-anak panti asuhan Al Firdaus, Balikpapan. (Dokumentasi pribadi Ummu Salamah)
Mereka sebelumnya tinggal di sebuah bangunan yang menurut donatur kurang layak dan tidak baik untuk anak-anak. Kendati begitu ia menyatakan akan terus berupaya untuk bisa tinggal di tempat yang lebih baik lagi.
Ada juga donatur yang ingin menghibahkan tanah dan rumahnya. Ia mengakui menolak rumah hibah atau hibah dalam bentuk properti tersebut karena ia tidak ingin belakangan menjadi masalah.
"Ke depannya misal saya terima hibah, misal sudah saya renovasi habis ternyata kemudian ada ahli waris selanjutnya yang menggugat. Saya menjaga yang seperti ini," katanya.
Menurutnya semua pertanggungjawaban terhadap anak-anak ini yang terpenting. Ia pun bertekad bersama sang suami serta bosnya tersebut untuk membeli sebidang tanah sendiri.
"Saya sempat buka donasi, satu atau dua bulan, dan Alhamdulillah dengan berbagai rintangan yang cukup berat," kisahnya.
Kala itu bos yang membangun panti bersamanya meninggal dunia. Padahal dirinya kala itu juga baru keluar dari rumah sakit.
"Saya sempat kehabisan uang untuk membayar tanah itu. Sampai saya menangis ke suami. Akhirnya saya bicara ke pemilik tanah. Namun mereka nggak mau karena uang saya kurang, sementara mereka butuh uangnya. Akhirnya saya diberi waktu dua bulan," katanya.
Usahanya tak sia-sia. Ia berhasil mengumpulkan dana sesuai yang dibutuhkan dalam dua bulan. Dari awalnya hanya memiliki Rp10 juta, ia berhasil mengumpulkan Rp110 juta untuk pembayaran DP tanah.
"Alhamdulillah setelah itu Allah kirimkan lagi orang baik. Beliau membantu saya melunasi sisa hutang pembayaran tanah. Alhamdulillah tanah lunas di September 2019," katanya.
Ia pun selama beberapa pekan sempat beristirahat. Waktu itu ia juga usai bersalin, hingga sempat pendarahan. "Jadi harus berobat di rumah sakit juga. Saya sempat nangis ke suami. Karena ada beberapa orang yang berpikir buruk tentang saya dan suami," katanya sedih.
Sempat ada yang menduga dana ia gunakan untuk pribadi. Padahal uang pembelian tanah tidak banyak tersisa. Ia kumpulkan untuk pembangunan gedung panti asuhan agar gedungnya jauh lebih layak.
"Itu dalam tiga bulan saya dan suami mencari tukang yang bisa bekerja baik dan tulus. Karena saya tidak sanggup membayar tukang borongan yang harganya lumayan mahal," tutur Ummu.
Ia bersyukur ada tukang yang mau dibayar harian, dengan bayaran terjangkau namun bisa bekerja bagus. "Alhamdulillah beliau sangat jujur dan bekerja dengan baik. Alhamdulillah sering tukar pikiran untuk pembangunan," katanya.