Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Koalisi Masyarakat Sipil Desak Penuntasan Tragedi Muara Kate

Aksi Koalisi Masyarakat Sipil Kaltim di depan Kantor Gubernur Kaltim, Rabu (18/12/2024). (Dok. Koalisi Masyarakat Sipil)

Samarinda, IDN Times - Sebulan lebih berlalu sejak pembunuhan tragis terhadap Rusel (60), tokoh adat Dusun Muara Kate, Desa Muara Langon, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser.

Namun hingga kini, polisi belum berhasil menangkap pelaku.

Rusel diyakini menjadi korban dalam konflik seputar penolakan warga terhadap aktivitas hauling batu bara yang dilakukan PT Mantimin Coal Mining (MCM). Penolakan ini telah lama menjadi isu utama di Dusun Muara Kate.

Beberapa hari sebelum pembunuhannya, Rusel dan warga Dusun Muara Kate mengaku sering mendapat ancaman dan teror dari kelompok yang diduga mendukung operasional hauling PT MCM. Pada Jumat (15/11/2024), ancaman tersebut berubah menjadi serangan brutal.

Rusel ditemukan tewas dengan luka sayat di leher, sementara Ansouka (55), warga lainnya, mengalami luka serupa dan harus dirawat intensif. Keduanya diserang oleh orang tak dikenal (OTK) saat sedang berada di posko penolakan truk batu bara.

1. Koalisi Masyarakat Sipil kutuk pembunuhan Rusel

Aksi Koalisi Masyarakat Sipil Kaltim di depan Kantor Gubernur Kaltim, Rabu (18/12/2024). (Dok. Koalisi Masyarakat Sipil Kaltim)

Perwakilan Koalisi Masyarakat Sipil Kalimantan Timur, Aziz, mengecam keras tindakan brutal tersebut. Ia menilai kejadian ini sebagai bentuk nyata dari pengabaian hak asasi manusia dan perlindungan lingkungan.

“Tindakan ini menunjukkan watak asli korporasi yang mengabaikan hak warga untuk hidup aman dan mempertahankan lingkungan. Pemerintah dan pelaku bisnis telah melakukan kejahatan luar biasa,” ujar Aziz dalam siaran persnya, Rabu (18/12/2024).

Aziz juga menuntut agar pemerintah menegakkan Perda Kaltim Nomor 10 Tahun 2012 yang melarang penggunaan jalan umum untuk pengangkutan batu bara. Ia mendesak Pj Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik, bertanggung jawab secara moral dengan memastikan polisi mengusut tuntas kasus ini.

“Gubernur harus mendesak kepolisian agar memberikan laporan perkembangan kasus secara transparan kepada masyarakat,” tegas Aziz. Koalisi Masyarakat Sipil Kalimantan Timur menggelar aksi damai di Kantor Pemprov Kaltim di Samarinda. 

2. Surat terbuka untuk Kapolri

Meski sudah dua bulan berlalu, polisi belum juga mampu menangkap pembunuh Rusel (60), warga Muara Kate.(Dok. Warga Muara Kate

Pada 15 Desember 2024, anak mendiang Rusel, Aslamiah, menyampaikan surat terbuka kepada Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo. Ia meminta perhatian khusus atas kasus yang menimpa ayahnya.

Dalam suratnya, Aslamiah mengungkap bahwa ayahnya sempat memberikan keterangan sebelum meninggal. Ia menyebut pelaku lebih dari satu orang, mengenakan topi, masker, dan menggunakan mobil. Bahkan, Rusel menduga para pelaku membawa senjata api dengan peredam suara. Namun, hasil pemeriksaan polisi menunjukkan luka di tubuh korban berasal dari senjata tajam, tanpa bukti penggunaan senjata api di lokasi kejadian.

“Hal ini sangat janggal. Kenapa hanya bapak saya dan Ansouka yang diserang, sementara saat kejadian ada warga lain di lokasi?” tulis Aslamiah dalam suratnya.

Ia juga memohon kepada Kapolri untuk membentuk tim khusus agar pelaku segera tertangkap. “Kami hanya ingin keadilan dan keamanan bagi warga Muara Kate,” pintanya.

3. Pj Gubernur Kaltim tidak menemui massa aksi

Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik tak berkenan menemui demonstran. (IDN Times/Erik Alfian)

Koalisi Masyarakat Sipil Kalimantan Timur juga menyoroti sikap pemerintah yang dinilai lemah menghadapi korporasi tambang. Hingga kini, Pj Gubernur Akmal Malik atau perwakilannya belum menemui para peserta aksi atau memberikan pernyataan resmi terkait insiden ini.

“Ini adalah bukti nyata bahwa pemerintah telah gagal melindungi warganya. Mereka tak berdaya menghadapi korporasi tambang yang terus merusak lingkungan,” kecam Aziz.

Kasus ini menjadi pengingat serius tentang konflik pertambangan yang terus mengancam keselamatan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan di Kalimantan Timur.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Erik Alfian
SG Wibisono
Erik Alfian
EditorErik Alfian
Follow Us