Kongres Diaspora Indonesia ke-8 sengaja digelar di IKN sebagai bentuk dukungan. (IDN Times/Erik Alfian)
Presiden Indonesia Diaspora Network (IDN) Global, Sulistyawan Wibisono menegaskan pemilihan IKN sebagai lokasi kongres bukan sekadar pilihan logistik. Menurutnya, ini adalah pernyataan cinta dan dukungan diaspora terhadap pembangunan ibu kota baru.
"Setuju atau tidak setuju, IKN adalah keputusan politik yang sudah sah. Datanglah, lihat langsung, dan sampaikan kepada dunia apa yang kalian saksikan di sini," ujar Iwan.
Dia mengakui, memilih IKN bukan langkah mudah. Sebagian anggota sempat ragu karena status pembangunan yang masih menjadi perdebatan publik. Namun, ia menilai justru di sinilah diaspora perlu hadir untuk melihat langsung dan menjadi jembatan informasi ke dunia internasional.
Salah satu kisah inspiratif datang dari Edy Ridwan, diaspora yang lahir di India dan tumbuh di berbagai negara mengikuti penugasan orang tuanya sebagai diplomat. Setelah berkarier di bidang teknologi informasi, Egy menciptakan sistem administrasi desa berbasis digital bernama OpenDesa.
Kini, program ini digunakan aktif oleh lebih dari 8.500 desa dari total sekitar 74 ribu desa di Indonesia. Sistem ini membuat administrasi desa menjadi lebih transparan, efisien, dan terhubung dengan data publik.
"Inilah bukti bahwa kontribusi diaspora bisa langsung dirasakan masyarakat, bahkan hingga ke pelosok desa," kata Iwan mengapresiasi.