Balikpapan, IDN Times - Sejak ditetapkannya Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi ibu kota negara (IKN) yang baru, segala macam bentuk pro dan kontra pun mulai bermunculan.
Yang paling disorot ialah keamanan keanekaragaman hayati, yakni hutan maupun hewan yang dilindungi. Belum saja pemerintahan berpindah ke Kaltim, namun kondisi Benua Etam sudah menunjukkan tanda-tanda ketidaksesuaian iklim.
Beberapa faktor pemicunya adalah kondisi hutan yang sedikit demi sedikit mulai tergerus akibat adanya pembalakan liar untuk menunjang sektor pembangunan. Hal itu diutarakan oleh Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Mulawarman Ikzan Nopardi.
Selain itu, Kaltim yang terkenal dengan banyaknya aktivitas tambang ilegal, juga menyisipkan 109 lubang tambang yang masih menganga.
"Kasus ini tentu berdampak pada ancaman krisis iklim. Lubang tambang memerlukan penanganan lebih lanjut, yang jika dibiarkan akan berdampak terhadap bencana ekologis akibat melebihi batas toleransi daya dukung dan daya tampung lingkungannya," terangnya.