Tumbuhan di kursi tribun Stadion Utama Palaran di Kecamatan Palaran, Samarinda (IDN Times/Yuda Almerio)
Dari pintu gerbang, gedung stadion terlihat. Gelanggang sepak bola itu dibangun dengan biaya Rp800 miliar. Bentuknya megah, taraf internasional. Jalur utama penonton masuk juga dibagi dua. Kiri dan kanan, pintu khusus bagian bawah itu untuk pemain yang hendak bertanding.
Namun sayang, di luar memang kukuh dan megah tapi saat berada di dalam kondisinya berbeda. Sekilas terawat, namun bila diperhatikan detail bikin waswas. Bayangkan, fondasi bagian kiri dan kanan untuk kursi penonton nyaris ambruk. Dikelilingi lumut, sampah, kaktus dan bakal pohon tumbuh bebas di kursi penonton.
"Padahal stadion kita sangat layak untuk turut dipilih dalam Piala Dunia U-20," tegasnya.
Kata Sayid, pihaknya sudah maksimal menjaga dan memelihara kompleks stadion tersebut, namun dengan luasan 88 hektare dan 10 gelanggang olahraga termasuk stadion utama, pihaknya angkat tangan.
Maklum duit yang didapat saban tahun sebesar Rp1,3 miliar itu tak cukup untuk mengurus dua stadion, yakni Stadion Utama Palaran dan Stadion Madya Sempaja. Usia bangunan tak bisa ditahan usianya pun demikian dengan rumput tak bisa dibendung pertumbuhannya.
"Untuk anggaran pasti kekurangan dengan anggaran tersebut. Makanya kami berharap diberikan anggaran lebih," tambahnya.
Apalagi, selama ini pemeliharaan dilakukan oleh pihak ketiga. Terutama bagian cleaning service. Ongkos pembersihan itu membutuhkan dana Rp1 miliar khusus perawatan di Stadion Utama Palaran.
Bagaimana untuk perawatan lainnya. Maklum luas komplek stadion itu 88 hektare berbeda dengan Stadion Madya Sempaja hanya 4 hektare.
"Jadi kurang maksimal," katanya.