Petugas mengidentifikasi Pesut Mahakam yang ditemukan mati. (Dok. istimewa)
Syarif Iwan Taruna Alkadrie menekankan hasil analisis ini menjadi peringatan serius bagi populasi Pesut Mahakam. Pesut Mahakam menghadapi tekanan besar dari aktivitas manusia, termasuk penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, pencemaran mikroplastik, dan paparan zat kimia berbahaya. Kawasan Konservasi Nasional di Perairan Mahakam Wilayah Hulu yang dikelola oleh BPSPL Pontianak memainkan peran vital dalam melindungi habitat dan populasi pesut.
Kawasan Konservasi (KK) di Perairan Mahakam Wilayah Hulu memiliki total luasan sebesar 42.667,99 hektare, yang terbagi menjadi Zona Inti seluas 1.081,28 hektare, Zona Pemanfaatan seluas 30.695,74 hektare, dan Zona Lainnya seluas 10.890,97 hektare. "Dengan zona inti seluas 1.081 hektare, kawasan ini dirancang untuk mendukung perlindungan habitat strategis pesut, termasuk lokasi pemijahan ikan yang menjadi sumber makanan utama mereka” ujar Iwan.
Upaya konservasi, kata Iwan akan mencakup peningkatan pengawasan habitat, penegakan hukum terhadap aktivitas yang merusak lingkungan, dan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem Sungai Mahakam.
"Selain itu, penelitian lanjutan perlu dilakukan tentang dampak mikroplastik, logam berat, dan faktor genetik pesut akan dilakukan untuk mendukung langkah konservasi yang lebih baik, " terang dia.
Temuan ini menjadi pengingat akan urgensi perlindungan pesut Mahakam. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, LSM, dan masyarakat lokal sangat diperlukan untuk menciptakan habitat yang lebih aman dan berkelanjutan bagi pesut. Dengan hasil analisis ini, diharapkan langkah-langkah konservasi yang diambil dapat memastikan keberlanjutan spesies pesut di Indonesia, khususnya di Sungai Mahakam.