Banjarmasin, IDN Times - Dunia maya dihebohkan dengan kemunculan lukisan kontroversial berjudul Tikus dalam Garuda karya seniman asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rochyat.
Karya tersebut menarik perhatian karena makna mendalam yang terkandung di dalamnya.
Lukisan yang dianggap merefleksikan kondisi bangsa ini sempat dipamerkan dalam ajang Maestro di Badry Gallery, Kompleks DPRD Kalsel, Jalan Pramuka Km 6, Banjarmasin. Namun, setelah menjadi perbincangan hangat di media sosial, lukisan tersebut diamankan oleh pihak kurator.
“Kami telah menyimpan Tikus dalam Garuda karena nilainya yang tinggi. Saat ini, keberadaan karyanya belum bisa kami ungkap lebih lanjut,” ujar kurator pameran sekaligus pemilik Badry Gallery, Badri Hurmansyah.
Selain lukisan "Tikus dalam Garuda", Rochyat memamerkan 15 karya lainnya dalam pameran tersebut. Namun, lukisan ini menjadi sorotan utama karena pesan yang kuat dan eksekusi artistiknya yang khas.
Sebagai seniman, Rochyat mengaku banyak terinspirasi oleh maestro seni rupa Indonesia, Affandi. Ia mengagumi bagaimana Affandi menyalurkan emosi dan energi dalam setiap sapuan kuasnya.
“Saya kagum dengan Affandi, yang selalu membiarkan emosinya mengalir di atas kanvas. Saya pun ingin melakukan hal yang sama,” ungkapnya.
Pengaruh Affandi terlihat jelas dalam beberapa karyanya, terutama dalam penggunaan warna ekspresif dan garis-garis dinamis yang menggambarkan emosi mendalam.
Viralnya lukisan ini memicu diskusi luas di berbagai platform media sosial. Sejumlah akun membagikan pandangan mereka terkait karya tersebut.
Di Twitter, akun @localprideindonesia menulis, “Lukisan Tikus dalam Garuda ini adalah tamparan halus bagi realitas bangsa kita. Karya yang luar biasa dari seorang maestro!”
Sementara di Instagram, pengguna @senirupa_nusantara berkomentar, “Goresan detail, warna tegas, dan makna mendalam. Rochyat membuktikan bahwa seni bisa menjadi media refleksi sosial yang kuat.”
Di Facebook, akun komunitas Pecinta Seni Indonesia turut mengapresiasi, “Tak hanya indah, lukisan ini mengajak kita berpikir. Siapa tikus di dalam Garuda kita?”
Menanggapi fenomena ini, Rochyat menegaskan bahwa tujuannya bukanlah menjadi viral, melainkan menciptakan karya dengan totalitas.
“Saya tidak pernah berusaha untuk viral. Saya hanya berkarya dengan sepenuh hati. Namun, jika ini membantu seni rupa Banjar lebih dikenal, saya sangat bersyukur. Yang berbicara adalah karya saya, bukan saya,” pungkasnya.