Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-09-12 at 15.23.51.jpeg
Layanan potong rambut gratis setiap Jumat menjadi agenda rutin komunitas Madrasah Jalanan (Majal) di Kota Balikpapan. (IDN Times/Erik Alfian)

Balikpapan, IDN Times – Gerakan Madrasah Jalanan (Majal) di Balikpapan lahir dari keresahan sejumlah anak muda yang ingin menghadirkan dakwah dengan cara berbeda. Didirikan sekitar tiga tahun lalu, Majal kini dikenal dengan berbagai kegiatan sosialnya, mulai dari kajian rutin, berbagi kopi gratis, hingga cukur rambut gratis setiap Jumat.

Koordinator Majal, Muhammad Sadri (39), menceritakan awal mula terbentuknya komunitas ini. “Kami berpikir, teman-teman jalanan banyak yang muslim, tapi praktik keseharian mereka jauh dari nilai Islam. Dari situ, muncul ide bikin wadah. Kalau bukan kita yang urus diri kita sendiri, siapa lagi?” kata Sadri kepada IDN Times, Jumat (12/9/2025) pagi.

1. Lahir dari Kajian Trotoar

Layanan potong rambut gratis setiap Jumat menjadi agenda rutin komunitas Madrasah Jalanan (Majal) di Kota Balikpapan. (IDN Times/Erik Alfian)

Madrasah Jalanan berawal dari “kajian trotoar” yang digelar pada 1 Muharram 2021. Saat itu, sekitar 50 orang hadir di acara perdana. “Kami bikin pengajian dengan format menarik. Ada narasumber, segmen teatrikal, bahkan dulu sempat sebulan sekali bikin event,” jelas Sadri.

Selain itu, Majal juga pernah aktif mengisi kajian di Lapas lewat program Madrasah Lapas (Malas). “Waktu itu sempat rutin sebelum kepala lapas berganti. Intinya kami ingin dakwah bisa masuk ke banyak lapisan, termasuk teman-teman jalanan,” tambahnya.

2. Cukur gratis jadi ladang amal

Koordinator Madrasah Jalanan (Majal) Kota Balikpapan, Muhammad Sadri. (IDN Times./Erik Alfian)

Salah satu kegiatan yang kini cukup dikenal adalah cukur rambut gratis setiap Jumat. Para barber yang tergabung dalam Majal, atau disebut parkur (para tukang cukur), mewakafkan setengah hari waktunya untuk melayani masyarakat tanpa bayaran.

“Awalnya sempat sepi, ada yang cuma ambil kopi gratisnya saja. Tapi sekarang antusiasme mulai tinggi. Alhamdulillah, masyarakat mulai menerima,” ujar Sadri.

Ia menegaskan, kegiatan ini murni nol rupiah. “Mereka sadar feedback-nya bukan di sini, tapi di akhirat. Kalau uang belum bisa, ya mereka sedekahkan tenaga. Itu justru yang hebat, pasukan yang rela beramal tanpa pamrih,” katanya.

3. Base camp di kedai kopi

Selain potong rambut gratis, anggota komunitas Majal juga menyediakan kopi gratis bagi masyarakat. (IDN Times/Erik Alfian)

Kegiatan Majal banyak berpusat di Kedai Yungopi, yang menjadi base camp sekaligus lokasi kajian rutin. “Setiap Selasa malam kami ngaji di situ. Kami pilih kedai, karena terus terang teman-teman belum siap kalau langsung ke masjid. Ini cara agar mereka tetap bisa ikut belajar agama,” jelas Sadri.

Selain cukur gratis, Majal juga kerap berpindah-pindah lokasi, dari halaman masjid, bengkel, hingga tongkrongan. Harapannya sederhana: umat muslim bisa lebih rapi saat beribadah Jumat. “Potong rambut, khususnya jenggot, atau kuku sebelum Jumatan itu sunah. Jadi kami sediakan fasilitasnya, gratis,” imbuhnya.

Saat ini, Majal sudah memiliki ratusan anggota yang tersebar di grup komunitas. Namun yang aktif dalam pengajian dan kegiatan rutin jumlahnya lebih sedikit. Meski begitu, Sadri bersyukur Majal semakin diterima masyarakat.

“Harapan kami, gerakan seperti ini bisa ada di banyak daerah. Bayangkan kalau setiap Jumat dekat masjid ada cukur gratis, umat bisa lebih siap dan rapi saat Jumatan. Itu amal sederhana, tapi dampaknya besar,” tutupnya.

Editorial Team