Salah satu pengelola kantin sehat di SDN 015 Balikpapan Selatan, Lia Herawati. (IDN Times/Erik Alfian)
Menurut Lia, perubahan signifikan terjadi pada pola makan siswa. Awalnya, siswa diberi makan pada istirahat kedua dan masih berbelanja di kantin. Namun kini, ada perubahan jadwal pemberian MBG sehingga tidak lagi mencari makanan berat. Sebelum program MBG masuk, Lia mengaku berjualan nasi uduk.
Akibatnya, para pengelola kantin terpaksa menghapus menu makanan berat dan hanya menjual camilan. "Penurunan penjualan mencapai sekitar 30 persen dan dampak ini terus berlanjut hingga sekarang," keluh Lia, yang sudah 10 tahun berjualan di SDN 015 Balikpapan Selatan.
Kondisi ini diperparah dengan maraknya pedagang di luar gerbang sekolah yang menjual makanan tidak sehat tapi lebih diminati siswa. "Anak-anak bosan dengan menu sehat di kantin, akhirnya lebih memilih beli di luar yang lebih variatif," jelas Lia.
Andi Suryana, pengelola kantin lainnya mengalami nasib serupa. "Awalnya saya jual nasi kuning, tapi sejak MBG masuk, langsung berhenti total. Penurunannya benar-benar terasa, sekitar 30 persen," ungkapnya.
Kini, Andi hanya menjual kentang, cilok, es, opak, dan Alat Tulis Kantor (ATK) untuk bertahan. "Khusus jam 11, anak-anak hampir tidak pernah jajan. Paling-paling cuma dua orang yang datang," keluhnya.