Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kidal (Pexels.com/Cup of Couple)

Banjarmasin, IDN Times - Mungkin banyak yang belum tahu Hari Kidal (kiri dari lahir) Internasional dirayakan setiap 13 Agustus. Meskipun demikian, kidal yang merupakan ciri atau kebiasaan seseorang itu menuai beberapa tanggapan dari berbagai sumber.

Di lingkungan masyarakat, kebiasaan kidal memang selalu menjadi pembicaraan kenapa dan mengapa? Apalagi di Indonesia, negara yang warganya mayoritas beragama Islam ini sangat kental dengan keharusan menggunakan dengan tangan kanan.  Termasuk penduduk di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang dikenal religius khas Suku Banjar Melayu. 

Bagi mereka yang kidal, biasanya akan muncul pertanyaan, bagaimana para orangtua mendidik dan pertanyaan diskriminatif lainnya. Apalagi bila persoalan tersebut sudah menjadi budaya dan pola pandang masyarakat muslim.

1. Pandangan tokoh masyarakat di Banjarmasin

Ustaz di Banjarmasin H Mairijani M. (Foto: istimewa)

Menurut salah satu ustaz di Banjarmasin H Mairijani M yang memiliki pendapat beda. Menurutnya, sejumlah ulama juga punya pendapat berbeda tentang kebiasaan kidal ini. Ada yang menyatakan haram dan ada yang menyatakan makruh.

Bagi Mairijani, kebiasaan tangan kiri menurutnya adalah kebiasaan manusia di luar dari ibadah. Ia pun mengutip salah satu hadis dari riwayat Umar bin Salamah berbunyi,

"Bahwasanya ketika ingin makan maka ucapkan asma Allah, misalnya mengucap bismillahirrahmanirrahim," paparnya. 

"Kemudian maka ambillah makan dengan tangan kananmu, makanlah makanan yang ada di dekatmu," imbuhnya mengutip hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

Berpendapat soal hadis ini, Mairijani menyatakan, para ulama punya pendapat berbeda tentang kebiasaan kidal ini. Ada yang berpendapat sifatnya perintah, tetapi ulama lainnya ada yang menyatakan makruh. 

"Ada yang bilang perintah, tetapi ada ulama yang menyebutkannya sebagai makruh," kata ustaz yang aktif sebagai Ketua Majelis Tarjih Kota Banjarmasin.

Mairijani juga menyebutkan, alasan lain yang membuat orang akhirnya menjadi kidal. Seperti ada persoalan gangguan fisik, seperti faktor luka maupun cacat. "Tapi kalau alasan luka atau cacat menjadi mubah atau boleh," katanya.

2. Alasan fisik hingga harus jadi kidal

Editorial Team

Tonton lebih seru di