Tugu Peringatan Peristiwa Demonstrasi Rakyat Balikpapan. IDN Times/Mela Hapsari
Saat Indonesia merdeka, rakyat Balikpapan terlambat mengetahui mengenai proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 di Jakarta. Masa itu sulit sekali menangkap siaran radio bahkan banyak radio yang dirusak oleh tentara Jepang.
Jadi informasi kemerdekaan RI baru diketahui melalui radio Australia beberapa bulan setelah proklamasi. Informasi juga diketahui dari pekerja BPM (N. V. Bataafsche Petroleum Maatschappij sekarang Pertamina) yang datang ke Balikpapan setelah berlayar dari Pulau Jawa.
Pada tanggal 13 November 1945 rencananya akan dikibarkan bendera merah putih secara resmi, namun gagal dilaksanakan. Saat itu, ribuan warga Balikpapan tumpah di lokasi pengibaran bendera di kawasan Karang Anyar.
"Penaikan bendera merah putih tanggal 13 November 1945, dipimpin oleh Abdul Moethalib tokoh Komite Indonesia Merdeka (KIM) Balikpapan. Penaikan bendera merah putih 1945 gagal, Abdul Moethalib yang sedang di podium ditangkap oleh Polisi Militer Belanda," kata Prajitno Joyo Dihardjo Koesman, seorang pejuang kemerdekaan atau veteran '45.
Abdul Moethalib yang ditangkap oleh Belanda dibebaskan keesokan harinya. Koesman menuturkan, perjuangan rakyat Balikpapan merebut kemerdekaan ini paling banyak dibantu oleh eks romusha yang sangat menderita saat penjajahan Jepang. Romusha pada zaman dahulu mengenakan celana karung.
"Mereka bersumpah tidak mau 2 kali pakai celana karung. Di Balikpapan jumlah romusha sampai puluhan ribu. Banyak sekali romusha di Kaltim karena Jepang mempertahankan Kalimantan Timur. Romusha didatangkan dari Jawa. Itulah yang mendukung perjuangan kita," ujar ayah 10 anak, cucu 23 orang, dan cicit 9 orang ini.
Abdul Moethalib yang sudah dilepaskan oleh Belanda kemudian merencanakan serangan umum. Rencananya mereka mau meledakkan pembangkit listrik di Asrama Bukit.
"Tanggal 18 November 1945 malam mau mengadakan Serangan Umum tapi gagal juga karena pasukan yang diperintahkan untuk menggranat sentral listrik gagal karena baru dilatih 2-3 hari jadi belum paham. Melempar granatnya gak pas. Seharusnya kena mesin lampu (listrik), malah kena bak air. Paginya tanggal 19, Belanda melakukan operasi. Abdul Munthalib, Sugiyanto, dan Fatih Muhammad kita larikan keluar dari Balikpapan karena bahaya jika tiga tokoh ini tertangkap," jelas Koesman.
Pada tanggal 19 November 1945 pagi, ketiga tokoh dan keluarganya diungsikan dengan 3 buah perahu dari Penajam. Namun, hingga kini tak terdengar kabar dari 3 tokoh perjuangan ini.
Koesman menuturkan, saat 13 November 2013 pengibaran bendera merah putih memang gagal dilakukan. "Kalau orang (Balikpapan) sudah banyak mengibarkan sendiri di kampung-kampung, sulit sekali mencari kain merah dan putih. Pakai kertas atau yang lain pokoknya merah putih," jelasnya.
Peristiwa ini kemudian diabadikan dalam bentuk tugu pahlawan atau Tugu Peristiwa Demonstrasi Rakyat Balikpapan yang berdiri di kawasan kompleks Pertamina di Karang Anyar Balikpapan.