Kemudian Stephanie, pemudi yang aktif dalam PSI di Kalsel ini kerap menyuarakan hak kepemudaan. Katanya, bahwa semua paslon memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun semuanya harus membawa kebijakan yang meregulasi setiap aspek.
Komposisi anak muda tentu paling representatif namun tidak serta merta bisa menjawab semua aspirasi orang muda, sebab pasti berproses.
Ia pun menilai, sejauh ini pemerintah dalam memberi ruang keberpihakan anak muda pun belum maksimal, contoh kasus, banyak muda lulusan sarjana yang masih mencari pekerjaan.
Sebaliknya, lapangan pekerjaan banyak namun SDM-nya belum siap.
"Peran intervensi pemerintah untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada orang muda harus jelas. geliat UMKM dan pelaku usaha bisnis dengan platfom online belum ada regulasi jelas, bagaimana seharusnya untuk win win solution," ujarnya.
Negara harus mengedepankan kesejahteraan, pendidikan, kesehatan dan kesempatan yang merata di Indonesia, tidak hanya Java Centris tapi bisa semua daerah merasakan pembangunan dalam segala aspek.
Stephanie melihat, bahwa anak muda sekarang sudah cukup kritis dan mulai tidak alergi dengan politik. Baginya itu sebuah kesempatan besar, agar yang muda bisa mendapatkan akses seluas luasnya mengerti bahkan menyukai politik dan dilibatkan di dalamnya.
Ia pun memiliki cara agar politik disukai yang muda, yakni pengenalan politik dengan kemasan yang kasual, menarik, santai dengan narasi yang membangun dan relate.
"Kita muda simple dan idealis, cukup tunjukan dengan kerja nyata bukan dengan kata. Buah manis akan dikenal dari pohonnya yang sehat makanya berbuah dulu (prestasi ) tidak usah dipaksa suruh pilih mereka dengan rela hati akan pilih," katanya.