Setelah mendapat laporan tersebut, pihaknya langsung melakukan assessment awal atau pemeriksaan terhadap ke lima bocah itu. Hasil assessment, Esti membeberkan, kelima korban kompak membenarkan, jika mereka telah dicabuli oleh AS.
Perbuatan yang dilakukan oknum polisi itu, para korban mengakui, jika mereka dipaksa untuk memegang alat kelamin AS. “Dari hasil assessment awal semua konsisten mengatakan seperti itu. Karena kan yang mendampingi psikolog, kalau mereka ada bohong atau ada tidak konsisten kan ketahuan,” ungkapnya.
Namun Esti menegaskan, dugaan perbuatan cabul AS ini masih bersifat sementara. Sebab, pihaknya masih terus mendalami betul-betul kasus ini.
“Apakah ada sampai perbuatan hubungan badan, kami masih telusuri ini. Tapi, ya, mudah-mudahan sih tidak sampai situ. Termasuk korbannya, apakah cuma lima orang atau ada yang lainnya, kami masih harus dalami lagi,” tegasnya
Dijelaskan Esti, AS tidak pernah menggauli korbannya sendirian. Dia selalu membawa teman korban. Lokasi AS mengeksekusi korbannya berpindah-pindah. Selain di rumahnya, AS juga pernah mencabuli korbannya di hotel. Adapun modus yang digunakan AS agar korbannya mau menuruti kemauannya, yakni dengan mengiming-imingi sejumlah uang tunai.
“Mereka itu rata-rata berdua (korban), tidak pernah sendiri mereka. Modusnya diberi uang anak-anak itu, bervariasi, sih, paling banyak Rp20 ribu, deh kayaknya,” urai perempuan berkerudung itu.
Ditambahkan Esti, sampai sekarang pihaknya belum pernah bertemu dengan AS. Namun informasi yang diterimanya, AS merupakan seorang bapak dua anak. “Istrinya sedang hamil itu, punya dua orang anak,” tambahnya.