Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Joko "Jokowi" Widodo menegaskan komitmennya untuk tidak gentar dengan setiap tekanan dari negara Uni Eropa, Rabu (22/2/2023). Tangkapan layar YouTube TVMU

Balikpapan, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo menegaskan komitmennya untuk tidak gentar dengan setiap tekanan dari negara Uni Eropa. Khususnya terkait komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengurangi ekspor raw material (produk mentah) hasil sumber daya alam (SDA) dalam negeri. 

Uni Eropa memang menggugat Indonesia tentang kebijakan larangan ekspor produk nikel ke World Trade Organization (WTO) atau organisasi perdagangan dunia. Di mana dalam gugatan tersebut, Indonesia memang dinyatakan kalah. 

"Apakah kalau kalah, kita harus mundur atau balik?" kata Jokowi dalam Muktamar Pemuda Muhammadiyah XVIII di Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (22/2/2023). 

"Lawan, lawan, lawan," sambut para peserta muktamar.

"Ya, itu jawabannya. Kapan lagi kita bisa menjadi negara maju. Lawan," tegas Jokowi lagi.  

1. Kunci perekonomian Indonesia di masa depan

Ilustrasi pertambangan nikel. ANTARAFOTO/Jojojn

Jokowi menyatakan, produk biji nikel menjadi kunci kemajuan perekonomian Indonesia di masa mendatang. Pemerintah sudah menargetkan agar Indonesia menjadi salah satu pemain utama produsen battery electric vehicle (BEV) atau baterai mobil listrik. 

Pada masa mendatang, memang diramalkan kebutuhan mobil listrik akan semakin meningkat, seiring kian terbatasnya energi fosil dan peningkatan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian lingkungan. 

Terbukti selama pelarangan biji nikel tersebut, Jokowi mengklaim nilai ekspor produk nikel melambung jadi Rp450 triliun pada tahun 2022 dibandingkan sebelumnya Rp17 triliun tahun 2020. 

Pemerintah menghitung terjadi setidaknya 67 kali peningkatan nilai tambah dari ekspor raw material menjadi produk jadi. Menurut Jokowi, peluang penguasaan pasar produsen BEV ini harus sepenuhnya mampu dimanfaatkan Indonesia. 

Menciptakan ketergantungan negara luar pada produk dihasilkan Indonesia. 

"Makanya, kita baru saja kalah di WTO, tidak membuat pemerintah mundur. Kita lawan lagi dengan banding. Tapi kalau banding juga masih kalah lagi, tidak tahu lagi," paparnya. 

2. Pemerintah bertahap hentikan ekspor raw material

Editorial Team

Tonton lebih seru di