Kamaryono (kiri) (IDN Times/Zulkifli Nurdin)
Selain jumlah penumpang yang kian menurun, nasib 508 sopir angkot di Samarinda yang tergabung Organisasi Gabungan Transportasi (Orgatrans), saat ini juga diperburuk lantaran mereka tak mendapat pemberdayaan dalam pembagian sembako dari pemerintah daerah.
Dijumpai di sela-sela kegiatannya, Ketua Orgatrans, Kamaryono mengaku kondisi saat ini semakin tak berpihak. Ibarat kata hidup segan, mati pun tak mau. Kamaryono bersama rekan-rekannya yang telah menggantungkan harapan dari profesinya ini sejak belasan hingga puluhan tahun kini tak tahu lagi harus berbuat apa.
"Kalau diibaratkan penyakit, kondisi kami ini sudah stadium empat," keluh Kamaryono.
Maka demikian, Kamaryono sangat mengharap adanya bantuan dan perhatian dari pemerintah untuk memikirkan nasib para sopir angkot saat ini. Setidaknya memberikan bantuan pekerjaan lainnya, semisal menjadi tenaga pengantar sembako bantuan warga terdampak Covid-19 seperti yang dilakoni para pengemudi ojol.
"Padahal kami ini juga sama-sama terdampak. Kalau yang online (ojol) masih bisa bekerja, soalnya kan masih bisa order makanan," ungkapnya kecewa.
Kamaryono menilai, jika pihaknya dilibatkan maka jumlah sembako yang diangkat jauh lebih banyak. Jika satu ojek online hanya mengangkat satu paket sembako, maka angkot dapat mengangkat 20 paket sembako.
"Harapannya agar bisa diperhatikan juga. Biar asap dapur kami ini masih bisa ngepul (kebutuhan makan terpenuhi)," pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh Kontributor IDN Times Kaltim Zulkifli Nurdin