Foto pejuang veteran, Hamzah Karim bersama cucunya (IDN Times/Juliadin Sutarman)
Nasib serupa dialami oleh Hamzah Karim (105), seorang pejuang veteran di Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Di usianya yang sudah sangat lanjut, Hamzah hidup sederhana bersama cucunya di sebuah rumah kecil berukuran 4x7 meter dengan dinding dari anyaman bambu.
Sambil menunjukkan sisa-sisa seragam perjuangannya, Hamzah mengungkapkan betapa beratnya perjalanan hidup yang ia jalani selama ini. Kesehatannya yang semakin menurun, pendengarannya yang berkurang, serta kondisi kedua kakinya yang tidak lagi sekuat dulu menjadi beban tersendiri di masa tuanya.
Di tengah keterbatasannya, kakek dari empat anak ini tidak menerima bantuan sosial (bansos) rutin dari pemerintah. Bantuan yang datang hanya pada momen-momen tertentu seperti HUT Kemerdekaan RI atau hari besar lainnya, berupa beras, gula, dan kopi.
Bantuan rutin seperti Program Keluarga Harapan (PKH), non-PKH, dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) tidak pernah ia dapatkan. "Tidak ada bantuan rutin. Dulu hanya dapat beras, gula, dan kopi saat hari-hari besar. Tahun ini sama sekali tidak ada. Saya tidak tahu apakah nanti akan ada," kata Hamzah.
Hamzah mengenang dirinya sebagai salah satu pejuang yang turut berkorban demi kemerdekaan Indonesia. Namun, kini ia merasa seolah dilupakan. Untuk bertahan hidup, Hamzah hanya mengandalkan tunjangan veteran sebesar Rp2,6 juta per bulan dari pemerintah. Sesekali, ia juga menerima bantuan dari anak-anaknya dan tetangga sekitar.
"Saya hanya mengandalkan tunjangan itu untuk hidup, sambil dibantu oleh anak-anak, keluarga, dan tetangga," ujarnya.
Sarafiah, anak Hamzah, menambahkan bahwa di Desa Punti sebelumnya terdapat tiga orang pejuang veteran, namun dua di antaranya telah meninggal dunia. Kini, hanya ayahnya yang masih hidup. "Dulu ada tiga orang di Desa Punti. Sekarang tinggal ayah saya yang masih hidup," tutur Sarafiah.
Sarafiah juga mengungkapkan bahwa ayahnya jarang menerima bansos seperti warga miskin lainnya. Keluhan ini sering ia sampaikan kepada pemerintah desa (Pemdes) Punti, tetapi hingga kini tidak ada perubahan. Pemdes beralasan bahwa Hamzah tidak diakomodasi sebagai penerima bansos karena ia masih menerima tunjangan veteran, meskipun sebenarnya ia tergolong sebagai warga miskin.
"Alasannya selalu sama, karena ada tunjangan veteran. Meskipun begitu, seharusnya Pemdes tetap memperhatikan, apalagi ayah saya bukan orang yang berada," jelasnya.