Ketua Komisi II DPRD Balikpapan, Fauzi Adi Firmansyah. (IDN Times/Erik Alfian)
Dari sisi legislatif, Komisi II DPRD Balikpapan menilai pasar induk adalah proyek strategis yang berperan penting dalam menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi daerah. Pasalnya, sekitar 70 persen pasokan pangan Balikpapan masih bergantung dari luar daerah seperti Jawa dan Sulawesi.
“Pasar induk ini penting untuk menjaga keseimbangan pasokan dan harga. Dengan manajemen distribusi yang lebih teratur, kita bisa menekan inflasi daerah dan mengurangi potensi lonjakan harga di tingkat konsumen,” kata Ketua Komisi II DPRD Balikpapan, Fauzi Adi Firmansyah.
Fauzi menekankan agar perencanaan pasar induk dilakukan matang dan berbasis pada sistem manajerial yang kuat. Ia mengingatkan pengalaman dari proyek Pasar Rakyat Karang Joang, yang meski sudah dibangun, belum optimal beroperasi karena lemahnya manajemen serta minimnya keterlibatan pedagang sejak awal.
“Kita tidak mau pasar ini bernasib seperti Karang Joang. Harus ada sistem yang jelas dulu — siapa pedagangnya, bagaimana zonasinya, pengaturan lalu lintas, hingga pengelolaan sampahnya,” tegasnya.
Sebagai bentuk kolaborasi dan transparansi, DPRD melibatkan Dinas Perdagangan, Dinas Perhubungan, serta pelaku usaha pasar dalam penyusunan masterplan. Pendekatan partisipatif ini diharapkan menghasilkan desain pasar yang efisien, tertata secara ruang, dan nyaman bagi pedagang maupun pembeli.
“Pasar induk ini bukan hanya proyek fisik, tapi sistem ekonomi kota. Kalau tata kelolanya baik, distribusi lancar, harga stabil, dan inflasi bisa terkendali,” pungkas Fauzi.