Ilustrasi tes cepat COVID-19. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Dari keterangan pihak rumah sakit yang didapati Rizal, bahwa sikap korban menjadi agak labil. Bahkan kabarnya, korban juga pernah berkelahi dengan pasien COVID-19 yang ada di sebelahnya.
"Sehingga oleh pihak rumah sakit memisahkan korban dengan pasien COVID-19 lainnya. Dia sendiri," jelasnya.
Diketahui, korban menjalani isolasi di RS Siloam Balikpapan sejak tanggal 16 November. Rencananya, akan pulang pada hari Jumat atau hari kejadian tersebut.
"Kita mengingatkan ke rumah sakit agar lebih peka. Kalau ada pasien yang cendrung misalnya agak depresi, stres perlu penanganan khusus. Ini pemgalaman. Dari kejadian ini perlu perhatian khusus. Pengamatan dan CCTV-nya harus bagus. Supaya tidak terulang lagi," tambahnya.
Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.
Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.