Ia melanjutkan, pada proses asesmen anak-anak ADHD ini, akan dilihat anak tersebut sudah sampai mana kemampuannya. Karena jelas dengan memberikan pelayanan bagi anak-anak ini tidak bisa terjebak pada ketidakmampuannya. Namun yang harus dicari adalah kemampuan mereka.
"Kita gali ability bisa dikembangkan. Jika sudah tahu ability mereka apa, lalu disability mereka apa, maka di situ kami merumuskan kebutuhan. Apakah memang anak tersebut butuh untuk dilatih memusatkan perhatian, maka kita menetapkan layanan untuk melatih pusat perhatian dalam rentang waktu tertentu," tutur Ade Putri.
Jika memang anak-anak lebih kepada gangguan pemusatan perhatian, misalnya hanya 3 detik. Maka yang dilakukan adalah meningkatkan pemusatan perhatiannya.
Sementara untuk anak-anak dengan hiperaktivitas atau impulsivitas, mereka biasanya mempunyai energi berlebih. Maka harus diarahkan dengan aktivitas lainnya yang mengembangkan kemampuan mereka.
"Contohnya motorik halus, motorik kasar. Misalnya aktivitas yang melibatkan seluruh sensori di tubuhnya. Gerakan yang mereka munculkan lebih terarah," terangnya.
Anak-anak semacam ini lebih pada eksplorasi positif. Misalnya jika ada ketertinggalan, mereka diarahkan agar kegiatannya lebih baik. "Butuh layanan khusus. Karena dengan kondisinya yang butuh pemusatan perhatian, disertai tindakan hiperaktif dan impulsif butuh penanganan khusus," jelasnya.
Tapi ia menekankan, anak-anak tersebut juga tidak harus dipisahkan dari anak-anak lainnya. Karena mereka juga bisa beraktivitas dengan anak-anak pada umumnya. Sehingga anak-anak ini bisa berada di kelas reguler, hanya perlu perlakuan khusus atau sesekali mendapatkan layanan terapi khusus.