Label bebas BPA (BPA Free) pada kemasan pangan. (IDN Times/Istimewa)
Lebih lanjut, Rizal memahami bukan perkara mudah pengawasan terhadap produk AMDK di masyarakat. Di sisi lain sebagai negara berkembang, ia memaklumi ketergantungan masyarakat Indonesia dalam pemanfaatan kemasan jenis plastik.
Rizal pun mendukung rencana BPOM dalam penerapan pelabelan BPA Free pada sejumlah produk AMDK yang mempergunakan kemasan PC. Aturan yang sudah diterapkan pada produk kemasan untuk bayi dan anak-anak. Juga sudah diterapkan pada industri rokok yang mencantumkan bahaya nikotin bagi kesehatan manusia.
Banyak pemberitaan menyebutkan, penelitian BPA berdampak negatif pada kesehatan lewat mekanisme gangguan hormon estrogen. Artinya, akan mengganggu sistem reproduksi, baik pada pria maupun wanita, diabetes, obesitas, sistem kardiovaskular, ginjal, kanker, dan perkembangan kesehatan mental.
"Saya sangat mendukung BPOM dalam menerapkan BPA Free ini pada produk-produk AMDK. Seperti halnya sudah dilakukan pada rokok, biar masyarakat tahu tentang bahayanya," paparnya.
Tetapi selain itu, Rizal juga mengusulkan agar BPOM melabeli produk AMDK lain mempergunakan bahan jenis polyethylene terephthalate (PET). Di mana bahan kemasan ini disebut memiliki kandungan etilen glikol.
"Agar juga adil dan tidak berpihak," sebutnya.
Dalam pelbagai sumber, pakar menilai PET tidak mudah mengalami perubahan kimia. Pada gilirannya, monomer PET, seperti etilen glikol, hanya dapat bermigrasi dalam jumlah yang sangat kecil ke dalam pangan yang dikemas. Tingkat migrasi etilen glikol dari kemasan PET jauh di bawah batas standar yang ditetapkan WHO.
Kontaminasi berlebihan pada bahan ini bisa menyebabkan sakit perut, sakit kepala, kejang, hingga gagal ginjal dan kerusakan otak.