Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak-anak bermain (pexels.com/Fanny Hariadi)
ilustrasi anak-anak bermain (pexels.com/Fanny Hariadi)

Balikpapan, IDN Times – Balikpapan kembali mempertahankan predikat Kota Layak Anak (KLA) kategori Utama untuk tahun kedua berturut-turut, termasuk di 2025 ini. Namun, langkah menuju peringkat tertinggi, yakni KLA Paripurna, masih diwarnai tantangan besar.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan, Heria Prisni, mengatakan bahwa syarat KLA Paripurna sangat ketat. Di antaranya, nihil kasus kekerasan terhadap anak, fasilitas publik yang aman, serta lingkungan yang sepenuhnya ramah anak.

“Kalau paripurna itu syaratnya sangat ketat. Sarana kita memang belum semuanya siap,” ujarnya.

1. Tantangan fasilitas publik dan nol kasus kekerasan

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan, Heria Prisni. (IDN Times/Erik Alfian)

Salah satu kunci KLA Paripurna adalah memastikan anak-anak bisa bepergian atau bersekolah dengan aman tanpa pendampingan orang dewasa, didukung fasilitas publik yang memadai. Menurut Heria, Balikpapan masih perlu meningkatkan sarana pendukung.

“Misalnya nol kasus kekerasan terhadap anak, anak-anak bisa bepergian atau bersekolah dengan aman tanpa diantar, dan sarana pendukungnya lengkap,” jelasnya.

2. Target ruang bermain anak di 40 wilayah

Ilustrasi anak-anak bermain jungkat-jungkit (pexels.com/Minh Ngọc)

Pengembangan Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) menjadi pekerjaan besar berikutnya. Saat ini, baru tiga lokasi yang tersedia di Puspoyudo, Islamic Center, dan Taman Bekapai. DP3AKB menargetkan RBRA dibangun di 34 kelurahan dan 6 kecamatan dalam lima tahun ke depan.

“Targetnya lima tahun harus tuntas, namun semua tergantung ketersediaan anggaran setiap tahunnya,” kata Heria.

3. Butuh sinergi lintas sektor

Penertiban reklame iklan rokok ini demi mewujudkan Balikpapan sebagai kota layak anak. (IDN Times/Erik Alfian)

Selain fasilitas, Heria menilai perlunya sinergi lintas sektor untuk memperluas sekolah ramah anak, kawasan sehat tanpa rokok (KSTR), menurunkan angka kekerasan, serta menyediakan transportasi publik yang aman.

“Kami optimistis, tapi ini bukan pekerjaan mudah. Butuh waktu, komitmen, dan kerja sama semua pihak untuk benar-benar naik kelas,” pungkasnya.

Editorial Team