Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
antarafoto-penerima-manfaat-program-mbg-sampai-akhir-juli-2025-1756188720.jpg
Petugas menyusun makanan bergizi gratis (MBG) yang akan dibagikan kepada siswa di SMKN 26 Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (4/8/2025). (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)

Pontianak, IDN Times - Warga Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar) dihebohkan dengan Makanan Bergizi Gratis (MBG) basi di salah satu sekolah di kawasan Kecamatan Rasau Jaya. Orangtua siswa kecewa dengan ditemukannya MBG yang sudah basi, dan malah diberikan kepada para siswa.

Sementara itu, Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Ria Norsan menanggapi hal ini. Dirinya akan melakukan pengecekan kembali pada pengelola MBG basi tersebut.

“Makanan yang dikeluhkan di Rasau Jaya ya oke nanti kita lihat,” sebut Norsan, Jumat (5/9/2025).

1. Gubernur Norsan sarankan MBG masak di dapur sekolah

Gubernur Kalbar, Ria Norsan. (IDN Times/Adpim).

Norsan memberikan saran agar sekolah yang jauh dari dapur MBG dapat diberikan biaya sendiri untuk mengelola makanan langsung di dapur sekolah, agar makanan tetap segar dan terjaga.

“Nah sebelumnya saya bicarakan ke Bapak Presiden kalau bisa sekolah yang jauh-jauh itu tidak usah masaknya di dapur, karena di sekolah-sekolah luar tuh kan jaraknya jauh-jauh supaya diberikan biaya sendiri ke sekolahnya, agar bisa masak sendiri langsung di sekolah,” papar Norsan.

Norsan bakal memberikan solusi terkait program MBG tersebut, khususnya untuk sekolahan yang jauh dari dapur tentunya.

2. Pengelola MBG bantah salurkan makanan basi

Pengelola MBG Desa Kapur, Hidayat. (IDN Times/Teri).

Saat dikonfirmasi, Pengelola Makanan Bergizi (MBG) Desa Kapur, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya membantah tudingan bahwa pihaknya menyalurkan makanan basi kepada siswa sekolah penerima program tersebut.

Pengelola MBG Desa Kapur, Hidayat menegaskan bahwa makanan yang mereka suplai sudah melalui uji gizi dan disiapkan sesuai standar. Dia menyebut masalah muncul karena distribusi ke murid tidak sesuai waktu yang ditentukan.

Terkait pemberitaan yang menyebut adanya makanan basi, Hidayat membantah. Dia menyatakan selalu menyimpan sampel makanan sebelum distribusi sebagai bukti.

“Saya punya sampelnya, bahkan selalu difoto. Kalau dibilang basi, itu bukan dari kami. Saya anggap pro dan kontra ini hal biasa,” terangnya.

3. Distribusi telat diduga bikin makanan basi

Seorang siswa mengangkat makanan bergizi gratis (MBG) yang dibagikan di SMKN 26 Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (4/8/2025). (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)

Hidayat mengatakan, makanan basi tersebut terjadi karena proses distribusinya yang telat sampai ke sekolah, sehingga menyebabkan makanan tersebut basi.

“Yang kami masalahkan ini, di siang hari itu kami mendistribusikan jam 12 siang. Ternyata didistribusikan kepada murid jam setengah 3. Jadi tumpukan MBG itu terlalu lama di sekolahan. Dampaknya memang bisa basi,” jelas Hidayat.

Dia menekankan agar pihak sekolah berkomitmen menyalurkan makanan segera setelah diterima.

“Kalau jam 12 siang disalurkan, paling lambat jam setengah 1 sudah harus dibagikan ke siswa. Kalau molor hingga sore, itu yang jadi masalah bagi kami sebagai penyuplai MBG,” tambahnya.

Menurutnya, makanan MBG yang dimasak sejak dini hari masih layak dikonsumsi hingga siang hari. Namun jika distribusi melewati pukul 14.30, makanan bisa berisiko masam.

“Ahli gizi menyatakan, kalau dimasak jam 2 subuh sampai jam 12 siang masih aman. Tapi kalau lewat jam setengah 3 sore, itu  berpotensi basi,” terangnya.

Dalam hal ini, pihaknya terus komitmen dalam menjaga kualitas MBG, namun proses distribusinya harus tepat waktu.

Editorial Team