Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sektor pertanian padi di Kabupaten PPU
Aktivitas petani PPU di lahan pertanian miliknya (IDN Times/Ervan)

Intinya sih...

  • 689 hektar lahan pertanian bakal masuki masa panen, dengan 2.400 ton gabah tidak terserap ke BULOG.

  • Pihaknya telah bermohon kepada Kementan agar BULOG bisa melakukan serap gabah lagi dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi persoalan ini.

  • Pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dengan berbagai bantuan alat mesin pertanian dan dukungan dari pemerintah.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penajam, IDN Times – Petani di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, terancam merugi hingga Rp15 miliar. Pasalnya, Badan Urusan Logistik (Bulog) Pusat menghentikan pembelian gabah hasil panen mereka.

Kepala Dinas Pertanian PPU, Andi Trasodiharto, menyebut kerugian itu dihitung dari potensi panen 2.400 ton gabah yang tidak terserap Bulog.
“Kalau hasil panen 2.400 ton se-PPU dikalikan harga beli Bulog Rp6.500 per kilogram, kerugian petani mencapai kurang lebih Rp15 miliar,” jelas Andi kepada IDN Times, Sabtu (13/9/2025).

1. Seluas 689 hektare lahan pertanian bakal masuki masa panen

Panen padi milik masyarakat Gunung Intan, Kecamatan Babulu PPU (IDN Times/Ervan)

Menurut Andi, data Dinas Pertanian mencatat ada 689 hektare sawah di PPU yang sedang memasuki masa panen. Dengan produktivitas rata-rata 3,5 ton per hektare, total gabah yang dihasilkan mencapai 2.400 ton.

Namun, gabah tersebut tidak bisa diserap Bulog karena kuota penyerapan nasional telah terpenuhi sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2025. “Kuota serap gabah Bulog sebesar 3 juta ton sudah penuh. Jadi sementara waktu Bulog belum bisa membeli gabah petani,” terang Andi.

Kondisi ini membuat ratusan hektare sawah di PPU berpotensi tidak terserap hingga Oktober 2025.

2. Upaya pemerintah daerah

Bupati PPU Mudyat Noor bersalaman dengan seorang petani di Babulu (IDN Times/Ervan)

Andi menegaskan pihaknya sudah menyurati Kementerian Pertanian agar Bulog kembali membuka penyerapan gabah. Ia juga meminta penyuluh pertanian untuk membimbing petani dalam pengelolaan pascapanen.
“Harapan kami petani bisa menjemur dan menyimpan gabah dulu sambil menunggu harga membaik,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah daerah bersama Kementan terus mendorong kesejahteraan petani melalui program Brigade Pangan dan bantuan alat mesin pertanian. Dukungan lain juga datang dari APBN, APBD provinsi, hingga APBD kabupaten berupa pupuk dan pestisida.

3. Terpaksa dijual ke luar daerah

Petani saat melakukan pemupukan tanaman padi (IDN Times/Ruhaili)

Seorang petani di Kecamatan Babulu, Imron, mengaku kecewa dengan kebijakan Bulog. Ia mengatakan para petani kini terpaksa menjual hasil panen kepada pembeli dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dengan harga Rp6 ribu per kilogram.
“Biasanya Bulog membeli Rp6.500 per kilogram. Sekarang kami rugi,” keluhnya.

Imron khawatir kondisi ini berujung pada alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan sawit.
“Kalau petani terus merugi, terpaksa kami mencari cara lain untuk menghidupi keluarga, salah satunya mengubah lahan jadi kebun sawit meski melanggar aturan,” pungkasnya.

Editorial Team