Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi konten kreator (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi konten kreator (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • Potensi wisata perlu didukung promosi

  • Dikritik pengamat

  • Indikator keberhasilan harus jelas

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Samarinda, IDN Times – Dinas Pariwisata Kalimantan Timur (Dispar Kaltim) mengalokasikan anggaran sebesar Rp1,7 miliar untuk jasa influencer sebagai bagian dari strategi promosi pariwisata. Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Timur (Dispar Kaltim), Ririn Sari Dewi, memberikan penjelasan terkait alokasi anggaran sebesar Rp1,7 miliar yang digunakan untuk promosi pariwisata dengan menggandeng influencer. Menurutnya, strategi ini merupakan bagian dari upaya memperluas jangkauan promosi wisata Kaltim di era digital.

“Permasalahan utama di sektor pariwisata kita adalah kurangnya promosi. Padahal Kaltim punya banyak destinasi bagus, tapi belum ter-blow up secara optimal. Karena itu, kami perlu strategi komunikasi yang lebih efektif, salah satunya dengan influencer,” kata Ririn di Samarinda.

Ririn menegaskan, menggandeng influencer dalam promosi bukanlah hal baru. Praktik serupa juga dilakukan Kementerian Pariwisata serta sejumlah daerah lain seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Tengah.

“Dengan influencer, promosi bisa lebih kolaboratif. Postingan mereka bersinergi dengan kegiatan Dispar Kaltim, berita promosi, maupun konten resmi pemerintah. Harapannya, informasi wisata bisa tersebar lebih luas,” jelasnya.

1. Potensi wisata perlu didukung promosi

Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Timur (Dispar Kaltim), Ririn Sari Dewi. (Dok. Istimewa)

Menurutnya, Kalimantan Timur memiliki potensi wisata besar namun masih kurang terekspos. Melibatkan influencer diharapkan dapat menarik perhatian publik dan investor melalui gaya promosi yang lebih personal.

“Storytelling influencer punya pengaruh besar karena follower mereka banyak. Misalnya, saat mereka bercerita tentang pantai di Balikpapan, publik bisa langsung tahu destinasi indah yang dekat dengan bandara,” ujarnya.

Ririn menambahkan, strategi ini juga sejalan dengan misi Pemerintah Provinsi Kaltim untuk memperkuat sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sejak 2024, Dispar Kaltim sudah mulai melibatkan influencer melalui program fam trip, dan pada 2025 ini fokusnya akan lebih diperluas.

“Intinya bukan soal besar kecilnya anggaran, tapi bagaimana strategi ini bisa membantu wisata Kaltim lebih dikenal, menarik investor, dan berdampak positif pada ekonomi kreatif daerah,” sebut dia.

2. Dikritik pengamat

Pengamat Ekonomi Universitas Mulawarman, Purwadi Purwoharsojo. (Dok.Purwadi Purwoharsojo)

Keputusan pemerintah menggelontorkan anggaran Rp1,7 miliar untuk menggaet influencer ini menuai kritik. Pengamat ekonomi Universitas Mulawarman Purwadi Purwoharsojo. Dia menekankan pentingnya keterbukaan publik terkait siapa saja influencer yang akan menerima kucuran anggaran Rp1,7 miliar tersebut. Menurutnya, masyarakat berhak mengetahui detail penggunaannya karena dana berasal dari APBD.

“Berani gak buka nama-nama influencer yang akan dapat Rp1,7 miliar itu? Transparansi dan akuntabilitas harus jelas. Kata Pak Gubernur, dana satu rupiah pun harus jelas penggunaannya,” tegasnya.

3. Indikator keberhasilan harus jelas

ilustrasi konten kreator (unsplash.com/Andrés)

Selain transparansi, Purwadi juga mempertanyakan tolok ukur keberhasilan dari penggunaan jasa influencer. Ia menilai, pemerintah harus menyampaikan target konkrit yang ingin dicapai, misalnya peningkatan jumlah wisatawan atau pendapatan daerah dari sektor pariwisata.

“Targetnya apa dengan dana sebesar itu? Misalnya jumlah wisatawan naik sekian persen dari tahun ke tahun, itu harus jelas. Karena kalau bicara manajemen, input dan output harus clear,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Purwadi menyebut promosi pariwisata tidak hanya bisa dilakukan oleh influencer. Menurutnya, semua lapisan masyarakat Kaltim dapat berperan dalam memperkenalkan potensi wisata daerah, tanpa harus menghabiskan anggaran besar.

“Promosi apa pun tentang Kaltim bisa dilakukan semua orang, dari semua kalangan. Jadi OPD harus kreatif, tidak hanya mengandalkan influencer,” kritiknya.

4. Potensi wisata perlu didukung promosi

ilustrasi seorang konten kreator (freepik.com/freepik)

Menurutnya, Kalimantan Timur memiliki potensi wisata besar namun masih kurang terekspos. Melibatkan influencer diharapkan dapat menarik perhatian publik dan investor melalui gaya promosi yang lebih personal.

“Storytelling influencer punya pengaruh besar karena follower mereka banyak. Misalnya, saat mereka bercerita tentang pantai di Balikpapan, publik bisa langsung tahu destinasi indah yang dekat dengan bandara,” ujarnya.

Ririn menambahkan, strategi ini juga sejalan dengan misi Pemerintah Provinsi Kaltim untuk memperkuat sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sejak 2024, Dispar Kaltim sudah mulai melibatkan influencer melalui program fam trip, dan pada 2025 ini fokusnya akan lebih diperluas.

“Intinya bukan soal besar kecilnya anggaran, tapi bagaimana strategi ini bisa membantu wisata Kaltim lebih dikenal, menarik investor, dan berdampak positif pada ekonomi kreatif daerah,” pungkasnya.

Editorial Team