Puluhan Warga Binaan di Lapas Perempuan Pontianak Ikut Pelatihan Batik

Pontianak, IDN Times - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Pontianak melatih sejumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) membatik. Pihaknya terus berkomitmen meningkatkan kualitas pembinaan kemandirian.
Kepala Seksi Kegiatan Kerja Astuti Setiawati menjelaskan, pelatihan kemandirian ini merupakan bagian penting dari proses rehabilitasi sosial, guna mempersiapkan warga binaan agar mampu mandiri secara ekonomi setelah bebas nanti. Salah satu bentuk pembinaan tersebut diwujudkan dalam program pelatihan membatik yang dilaksanakan di lapas Perempuan Pontianak.
“Pelatihan kemandirian kali ini kami fokuskan pada kegiatan membatik, karena ini merupakan pelatihan yang belum pernah dilakukan sebelumnya di LPP Pontianak,” kata Astuti, Jumat (11/7/2025).
1. 20 WBP ikut pelatihan batik tulis

Astuti mengatakan, pihaknya ingin membangun dasar untuk produksi batik yang berkelanjutan. Ada 20 warga binaan dilibatkan setelah melalui proses asesmen, dengan mempertimbangkan minat dan bakat masing-masing.
Ke depan, kata Astuti, Lapas Perempuan Pontianak menargetkan WBP dapat memproduksi batik secara mandiri, dan menjalin kerja sama dengan pihak ketiga guna mendukung pengembangan kegiatan ini secara lebih luas.
“Kami berharap, warga binaan yang mengikuti pelatihan ini tidak hanya memiliki keterampilan, tetapi juga membentuk kepribadian yang lebih baik. Tujuannya agar mereka memiliki keterampilan dan pengalaman kerja yang bisa diterapkan di luar nanti,” tutur Astuti.
2. Upaya dalam membentuk karakter

Menurut Astuti, pembinaan semacam ini terbukti efektif dalam membentuk karakter, meningkatkan kedisiplinan, serta menanamkan rasa tanggung jawab pada diri warga binaan.
Sementara itu Umsiah, tim pelatihan dari UMKM Batik Tulis Sungai Putat menyampaikan, pihaknya memberikan materi membatik tulis dengan pewarnaan remasol kepada WBP sejak tahap awal. Mulai dari pengenalan teori dasar, teknis pelaksanaan, hingga langsung praktik membatik.
“Kami sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing, karena latar belakang mereka berbeda-beda. Tapi yang membuat kami bangga, mereka menunjukkan semangat belajar yang luar biasa,” papar Umsiah.
3. Diharapkan pelatihan ini jadi bekal ketika mereka bebas

Umsiah berharap, setelah mereka bebas nanti, keterampilan ini bisa menjadi bekal hidup. Mereka bisa bekerja, membuka usaha, atau bahkan mengembangkan usaha batik tulis sendiri. Yang terpenting, mereka punya rasa percaya diri bahwa mereka bisa bermanfaat di tengah masyarakat, dan tidak kembali ke jalan yang salah.
“Kami percaya, pembinaan seperti ini adalah bagian dari upaya nyata untuk memberikan harapan dan kesempatan kedua bagi mereka. Dan kami, sebagai instruktur, merasa bangga bisa menjadi bagian dari proses itu,” ucap Umsiah.
Program pembinaan kemandirian di Lapas Perempuan Pontianak ini menjadi bukti bahwa lembaga pemasyarakatan tidak hanya menjadi tempat menjalani hukuman, tetapi juga sebagai sarana pembinaan yang memberikan harapan dan masa depan yang lebih baik bagi para warga binaan.