Ilustrasi padi (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
Sejatinya, Gubernur Isran dan Wakil Gubernur Hadi punya visi lahirkan ketahanan pangan di Kaltim. Namun demikian periode 2018-2019 kemampuan provinsi ini dalam produksi padi merosot tajam.
Menukil data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, produksi padi pada 2018 hanya 262.773 ton gabah kering giling (GKG) atau 152.059 ton beras. Penurunan pada 2018 tersebut mencapai 34,5 persen dibanding produksi 2017, sebanyak 400.102 ton GKG.
Setahun kemudian atau 2019, produksi padi semakin berkurang. Daerah ini hanya mampu menghasilkan 253.818 ton GKG atau 146.877 ton beras. Padahal Kaltim punya potensi swasembada pangan.
Dua daerah yang bakal jadi lokasi ibu kota negara (IKN) baru memiliki kemampuan produksi padi. Lahan paling luas ada di Kutai Kartanegara. Kabupaten ini ada 30,801 hektare tanah dengan produksi 148,358 ton padi. Selanjutnya, Penajam Paser Utara (PPU), luasannya 11,230 ha dengan produksi 37,198 ton. Hingga kini, kedua daerah ini masih menjadi penggawa dalam urusan produksi padi atau beras. Menanggapi itu, Isran menyebut persoalan pangan tak hanya padi, tapi ada juga lemak, protein dan serat.
“(Ketahanan pangan) masih berjalan. Dan beras di Kaltim aman. Tapi berkurang, kalau dimakan,” sebut Isran dengan nada bercanda.