Lampion berjejeran pada perayaan imlek di Pontianak. (IDN/Teri)
Di balik prosesi yang sarat makna ini, Asua berharap agar tradisi barongsai tetap lestari dan tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Ia menilai, ritual ini adalah bagian penting dari identitas budaya Tionghoa yang harus dijaga.
"Saya berharap adat dan budaya ini tetap bertahan, karena ini adalah warisan leluhur yang tak ternilai," harapnya.
Sebagai seorang tatung yang mewarisi peran ini secara turun-temurun, Asua mengaku bahwa menjadi tatung bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan suci yang penuh tanggung jawab.
"Saya menjadi tatung sejak usia 19 tahun. Dewa datang sendiri kepada kita, bukan kita yang mencarinya. Mereka akan menguji hati kita terlebih dahulu, apakah kita siap membantu orang lain dengan tulus," pungkasnya.