Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bahasa tubuh (freepik.com/user18526052)
ilustrasi bahasa tubuh (freepik.com/user18526052)

Samarinda, IDN Times – Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur terus memperkuat program revitalisasi bahasa daerah untuk mencegah hilangnya penutur di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimtara). Upaya ini juga dilakukan melalui pengajaran muatan lokal (mulok) di berbagai satuan pendidikan.

“Dari 16 bahasa daerah yang teridentifikasi di Kaltimtara, sebagian besar mengalami penurunan fungsi dan jumlah penutur,” ujar Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur, Asep Juanda diberitakan Antara, di Samarinda, Selasa (22/10/2025).

1. Vitalitas bahasa daerah di Kaltimtara sangat beragam

Ilustrasi Bahasa dan Logika. (https://www.its.ac.id/)

Menurut Asep, hasil pemetaan menunjukkan tingkat vitalitas bahasa daerah di Kaltimtara sangat beragam. Sebagian bahasa seperti Melayu Kutai, Paser, Banjar, Bugis, Bahau, dan Kenyah masih aktif digunakan masyarakat. Namun, sejumlah bahasa lain kini berada di ambang kepunahan.

“Bahasa seperti Punan Merah, Dusun, Segaai, Tunjung, Basap, dan Punan Long Lamcin mulai kehilangan penutur muda. Jika tidak direvitalisasi secara serius, bahasa-bahasa ini bisa punah dalam waktu dekat,” jelasnya.

2. Bahasa daerah di Kalimantan yang terancam

Dua penari menampilkan tarian khas Suku Dayak dari Kalimantan usai upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di lapangan upacara Istana Negara Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Sabtu (17/8/2024). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/app/wpa

Balai Bahasa Kaltim mencatat, tiga bahasa yang paling terancam adalah Punan Merah, Dusun, dan Tunjung — ketiganya berasal dari kelompok suku Dayak. Saat ini, bahasa-bahasa tersebut hanya dituturkan oleh sebagian kecil masyarakat di Mahakam Ulu, Paser, dan Kutai Barat.

3. Penggunaan bahasa daerah dipergunakan di komunitas tertentu

Ilustrasi batu dinding di Mahakam Ulu (Dok.IDN Times/Istimewa)

Widya Bahasa Ahli Muda Balai Bahasa Kaltim, Nurul Masfufah, mencontohkan kondisi kritis bahasa Punan Merah yang hanya digunakan di Long Merah, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu.

“Bahasa Punan Merah di Mahakam Ulu dan Bahasa Dusun di Paser kini hanya digunakan di satu kampung. Penuturnya pun kebanyakan sudah lanjut usia,” kata Nurul.

Berdasarkan data Summer Institute of Linguistics (SIL) dan hasil pemetaan Balai Bahasa, jumlah penutur bahasa Punan Merah saat ini bahkan tidak mencapai seribu orang.

Editorial Team