ilustrasi DBD (IDN Times/Yudi)
Menurutnya, lonjakan kasus mulai terlihat sejak Oktober 2025. Kondisi ini menempatkan Singkawang di posisi pertama sebagai daerah dengan kasus DBD terbanyak dibandingkan kabupaten/kota lain di Kalbar.
Achmad menjelaskan, peningkatan kasus dipicu perubahan cuaca dari panas ke musim hujan yang mempercepat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Faktor kebersihan lingkungan yang kurang terjaga juga turut memengaruhi tingginya kasus.
Pemkot Singkawang, kata dia, telah melakukan berbagai upaya pemberantasan sarang nyamuk, termasuk inspeksi jentik berkala melalui puskesmas. Namun, ia menegaskan penanganan DBD tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah.
“DBD sulit dikendalikan tanpa kepedulian masyarakat. Kuncinya menjaga kebersihan lingkungan dan memberantas sarang nyamuk, terutama di tempat penampungan air,” katanya.