Salah satu kegiatan langsung di lapangan yang dilaksanakan MINU Balikpapan adalah praktik membuat es krim. (IDN Times/Instagram MINU Balikpapan)
Melalui evaluasi-evaluasi yang ia lakukan, Ahmad Gunanto mulai menemukan karakter-karakter apa saja yang ingin ia pertahankan, angkat, dan dihilangkan perlahan-lahan. Menurutnya, pada masa itu juga ia terbantu Tanoto Foundation yang masuk dan berperan atas apa yang ia ingin programkan di madrasah.
"Termasuk pengelolaan manajemen berbasis sekolah, peran serta masyarakat, mengajak alumni, orangtua santri, juga CSR untuk bekerja sama dengan madrasah membangun kualitas dan kuantitas MINU. Karena terus terang saja, sebelumnya, MINU Balikpapan kerap mendapatkan santri yang tidak terima dari SD negeri," ungkapnya saat diwawancarai IDN Times.
Untuk diketahui juga, ia terpilih menjadi fasilitator daerah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tahun 2018. Beberapa hal yang ia lakukan, di antaranya inovasi sarana dan prasarana teknologi di MINU Balikpapan. Seperti dibangunnya lab komputer dan pelaksanaan ujian berbasis digital.
Termasuk juga sistem penilaian yang kini dilakukan secara digital.
Sejak dirinya memimpin MINU Balikpapan pada Februari 2017, penerimaan santri dengan cara berbeda. Yakni ia akan menerima santri yang orangtuanya benar-benar ingin menyekolahkan anaknya di MINU. Ketika pendaftaran di sekolah negeri dibuka pada pertengahan tahun, atau sekitar Mei-Juni, penerimaan di MINU pun ditutup.
"Seberapapun jumlah santri kami akan tetap tutup. Pada saat itu ada empat rombel (rombongan belajar) yang mendaftar. Tapi kami hanya menerima tiga rombel. Walau ini juga kebobolan karena sebenarnya kami hanya ingin membuka dua rombel," jelasnya.
Hingga tahun-tahun berikutnya, ia tetap menerima tiga kelas, walaupun yang mendaftar bisa mencapai tujuh kelas. Sehingga, dari yang awalnya hanya 184 siswa di awal dirinya memimpin, kini jumlah siswa sudah mencapai 510 orang. "Sekarang ada 18 rombel. Masing-masing jenjang ada tiga rombel. Mereka masuk pagi sembilan rombel, masuk sore juga sembilan rombel," imbuhnya.
Gunanto dapat menunjukkan bahwa Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama kini tak lagi hanya jadi pilihan kedua. Namun mereka yang mendaftarkan putra-putrinya benar-benar paham, ingin dan memilih sekolah ini untuk anak-anak mereka.