kue khas Banjar, amparan tatak (IDN Times/Hilmansyah)
"Balikpapan itu unik, beragam. Tidak seperti Samarinda yang lebih Banjar. Budaya masyarakatnya (Balikpapan) sudah lebih nasional," ujar Rizal.
Berbagai suku tinggal di Balikpapan, seperti Jawa, Bugis, Banjar, Madura, Buton, Makassar, Sunda, Batak, Tionghoa, dan berbagai suku lainnya. Jadi saat Ramadan banyak sekali jajanan dan makanan khas dari berbagai daerah yang dijual di Pasar Ramadan.
"Jadi ada makanan Banjar, kue lapis, hantakan pisang. Banyak juga makanan anak-anak millennial," katanya.
Rizal menuturkan tidak ada tradisi khusus yang menonjol saat Ramadan. Sejumlah agenda pun terpaksa tak digelar lantaran pandemik virus corona, seperti contohnya Sahur on the Road.
Namun, warga masih bisa menikmati suasana berbuka puasa di tepi pantai. "Buka (puasa) di pinggir pantai seperti di Melawai, di pinggir Pasar Klandasan menikmati, yang lucu di situ juga sopnya malah Cotto Makassar," katanya.
Rizal menuturkan, keragaman di wilayah Kalimantan Timur menjadi salah satu alasan provinsi ini tepatnya Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara dipilih menjadi ibu kota negara yang baru.
"Mungkin ini salah satu pertimbangan memilih Kalimantan Timur sebagai ibu kota baru karena masyarakatnya sudah beragam," katanya.