Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Anak-anak dan pengurus di panti asuhan Insan Jemelak Sintang alami penyakit kulit. (IDN Times/istimewa).

Pontianak, IDN Times - Banjir yang berlangsung hampir satu bulan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar), menyebabkan anak-anak dan pengurus Panti Asuhan Insan Jemelak terserang penyakit kulit. Banjir ini melanda wilayah tersebut tanpa surut sejak Jumat (23/8/2024), dan hingga kini air masih menggenang di beberapa area.

Panti asuhan yang berlokasi di Jalan Sintang-Putusibau, Desa Kebong, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, ini menjadi salah satu wilayah terdampak paling parah. Akibat banjir yang berkepanjangan, beberapa penghuni panti terpaksa diungsikan ke rumah keluarga masing-masing.

1. Terjangkit penyakit kulit dan gatal-gatal

Banjir tak kunjung surut, pengurus di panti asuhan Insan Jemelak terkena penyakit kulit dan gatal-gatal. (IDN Times/istimewa).

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Edy Harmaini, mengungkapkan bahwa tim medis dari Puskesmas Kebong telah dikerahkan untuk memberikan bantuan dan penanganan kepada para penghuni panti asuhan. Sejumlah anak dan pengurus panti mengalami gangguan kesehatan akibat kondisi ini.

“Kami sangat prihatin dengan situasi ini, sehingga saya menugaskan Puskesmas Kebong untuk segera melakukan penanganan medis. Dari panti, ada tiga orang yang mengalami penyakit kulit, yakni dua anak dan satu pengurus panti,” ujar Edy, Sabtu (14/9/2024).

Ia berharap bantuan medis yang diberikan dapat membantu meringankan penderitaan para penghuni panti asuhan.

2. Banjir tak kunjung surut selama satu bulan

Banjir tak kunjung surut dalam kurun waktu satu bulan. (IDN Times/istimewa)

Pengurus Panti Asuhan Insan Jemelak, Arif Subagyo, menjelaskan bahwa panti tersebut berada di bawah naungan Yayasan Al-Fath Sintang. Banjir di kawasan tersebut merupakan yang terparah sejak yayasan berdiri. Sebelumnya, banjir di daerah tersebut hanya berlangsung selama 1x24 jam, namun kali ini berlangsung lebih lama.

"Setelah badan jalan ditinggikan pada Desember tahun lalu, banjir jadi tak kunjung surut. Kali ini, ketinggian air mencapai 10 hingga 70 cm. Selain panti asuhan, TK Yaa Bunayya Sintang juga terdampak,” jelas Arif.

Banjir sempat surut selama tiga hingga empat hari, tetapi kembali membesar pada 9 September 2024. Kondisi ini menyebabkan kegiatan di panti dan TK terhenti. Untuk sementara, kegiatan belajar-mengajar TK dipindahkan ke tempat guru yang berada di lokasi lebih tinggi.

3. Banjir tak kunjung surut diduga karena drainase tertutup

Ilustrasi banjir. (IDN Times/istimewa).

Menurut Arif, banjir yang terus berlangsung ini diduga disebabkan oleh tersumbatnya drainase di gorong-gorong setelah proyek peningkatan jalan selesai dikerjakan. Ia berharap pemerintah segera melakukan perbaikan agar aktivitas di yayasan dapat kembali normal.

“Kami berharap pemerintah segera memperbaiki gorong-gorong yang tersumbat, karena dampaknya sangat mengganggu. Kami juga berterima kasih kepada tim medis yang telah datang dan memberikan penanganan kepada penghuni panti,” tambah Arif.

Ia juga menyebutkan bahwa akibat kondisi ini, kegiatan TPA/TPQ di panti sementara diliburkan hingga situasi membaik.

Editorial Team