Aliansi mahasiswa kembali demo ke kantor DPRD Kalbar. (IDN Times/Teri).
Situasi-situasi ini, kata Yakobus, diperparah dengan kebijakan kontroversial seperti rencana kenaikan pajak PBB, pemblokiran jutaan rekening yang dilakukan PPATK, hingga satgas PKH yang menimbulkan konflik di tengah masyarakat karena mematok tanah masyarakat.
“Yang membuat masyarakat marah karena di tengah berbagai persoalan masyarakat, kabar kenaikan tunjangan DPR justru mencuat, ini yang melukai rasa keadilan masyarakat,” terang Yakobus.
Yakobus juga bilang secara khusus mengkritik pernyataan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nurson Wahid yang menyebut ‘semua tanah milik negara, rakyat hanya mengelola’.
Pernyataan itu dinilai telah melukai hati masyarakat adat, walau belakangan sudah diklarifikasi. Yakobus juga mengingatkan agar kedepan setiap kebijakan yang dibuat pemerintah harus dikaji matang, dan harus berpihak kepada masyarakat.
Yakobus berharap pemerintah memandang masukkan masyarakat itu sebagai kritik konstruktif, bukan ancaman. Dia juga mendesak pemerintah dan DPR segera membuka mata dan telinga untuk berbenah diri setelah munculnya berbagai aksi demonstrasi.
“Seluruh pihak harus menjaga kondusivitas Kalimantan Barat. Pertemuan hari ini harus merumuskan langkah kongkret menjaga keamanan dan kondusivitas Kalbar. Keamanan dan kondusivitas Kalbar harus kita jaga bersama-sama,” tukasnya.