Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tradisi Suku Banjar Menyambut Muharram dengan Bubur Asyura

Para ibu-ibu di Banjarmasin meramaikan hari Asyura 10 Muharram dengan memasak bersama bubur asyura

Banjarmasin, IDN Times - Budaya Suku Banjar di Kalimantan Selatan (Kalsel) memiliki kebudayaan yang kaya dengan nuansa Islami. Salah satu tradisi yang menonjol adalah peringatan 10 Muharram, di mana warga bersama-sama memasak menu makanan khas bubur asyura. 

Bubur asyura diolah secara swadaya oleh warga hingga dibagikan kepada masyarakat di lingkungan sekitar. Keistimewaan bubur asyura terletak pada bahan campurannya yang beragam, termasuk ayam, kacang, sayuran, ubi, kacang panjang, santan, dan banyak bahan lainnya yang diaduk rata.

Tradisi ini hanya dilakukan setahun sekali, menjadikannya momen spesial bagi warga.

1. Hari Asyura dikaitkan dengan sejarah para nabi

Bubur asyura di Banjarmasin yang siap dibagikan kepada warga.

Menurut Mansyur, seorang sejarawan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, tradisi membuat bubur asyura juga dilaksanakan di beberapa tempat lain di Indonesia, termasuk Kalimantan Selatan. Hari Asyura ini memiliki makna mendalam yang dikaitkan dengan berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam. Seperti yang termaktub dalam I’anah al-Thalibin, hari ini dianggap sebagai hari ketika Allah pertama kali menciptakan dunia dan juga akan mengakhiri kehidupan di dunia (kiamat). Pada hari itu pula Allah mencipta Lauh Mahfuzh dan Qalam, menurunkan hujan untuk pertama kalinya, serta menurunkan rahmat di atas bumi.

Hari Asyura juga terkait dengan kisah Nabi Isa as. yang diangkat ke langit dan Nabi Nuh as. yang turun dari kapal setelah berlayar karena banjir bandang. Sesampainya di daratan, Nabi Nuh as. bertanya kepada umatnya tentang sisa bekal yang ada, kemudian mereka mencampur semua bahan makanan yang tersisa untuk membuat bubur, yang kemudian dibagikan kepada semua orang. Inilah asal-usul tradisi bubur asyura.

“Sejarah Asyura ini dikaitkan dengan banyak peristiwa penting dalam sejarah para nabi serta penciptaan bumi dan laut oleh Allah,” kata Mansyur.

2. Ragam asal muasal bubur asyura

Instagram.com/hotthaichicken

Pembuatan bubur konon merupakan kenangan terhadap suatu peristiwa pada zaman dahulu, ketika dalam suasana terkepung dan kekurangan makanan. dikumpulkan segala macam tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di sekitarnya dan dicampur dengan persediaan bahan makanan yang ada menjadi bubur Asyura yang bisa dimakan.

Snouck Hurgronje mengaitkannya dengan peristiwa yang menimpa Husain dan rombongannya di Karbala. Secara normatif, akar historis dari
asal-usul tradisi bubur Asyura memang diperdebatkan validitasnya. Bahkan hal tersebut sama sekali tidak populer di kalangan ahli hadis maupun para imam mazhab terdahulu.

“Dalam konteks kearifan lokal, tradisi ini dianggap banyak mengandung nilai-nilai moral dan budaya. Sejumlah masyarakat menjadikan momen tersebut sebagai sarana bersilaturahim, bergotong-royong, saling berbagi dan memberi makan,” ucapnya

3. Tradisi yang bernilai moral dan budaya

Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina bersama istri dan warga mengayuh bersama dalam membuat bubur Asyura.

Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina, menyampaikan, pelaksanaan membuat bubur asyura adalah tradisi religius warga Kota Banjarmasin yang dilakukan di setiap kampung, RT, dan RW.

Bubur yang dibuat akan dibagikan ke masyarakat secara gratis di sekitar RSK atau wilayah Banjarmasin.

Tradisi di Banjarmasin, Bubur Asyura diolah terdiri dari 41 macam rerempahan, dimana semua jenis sayur dimasukkan.

“Saya berharap, tradisi ini dapat mempererat antar masyarakat. Mudah-mudahan tradisi ini bisa dipertahankan dan menjadi bagian dari kehidupan di kota Banjarmasin,” ucapnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hamdani
SG Wibisono
Hamdani
EditorHamdani
Follow Us