Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Petugas kebakaran kewalahan saat memadamkan api di Jalan Tarmidi Samarinda, karena jalurnya sempit dan banyak warga menonton (IDN Times/Yuda Almerio)

Samarinda, IDN Times - Kebakaran memang menjadi momok di Kota Tepian—sebutan lain Samarinda—selain banjir. Masuk awal tahun 2020 ini saja sudah empat kali si jago merah mengamuk.

Tren kebakaran meningkat tajam dua tahun terakhir. Menukil data dari Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar) Samarinda pada 2018 ada 390 peristiwa amukan si jago merah sedangkan pada 2019 melejit hingga 508 kali kejadian.

“Memang meningkat (kebakarannya),” kata Kepala Disdamkar Samarinda, Nursan pada Kamis (30/1).

1. Hasil analisis Disdamkar Samarinda, 90 persen kebakaran karena korsleting listrik

Ilustrasi kebakaran (IDN Times/Yuda Almerio)

Namun demikian, peristiwa tersebut sebut Nursan bukan seutuhnya kebakaran permukiman, sebab tahun lalu kebakaran lahan juga banyak terjadi. Jadi angka 508 kali itu tak murni kebakaran di rumah warga.

Khusus kebakaran di permukiman, dari hasil analisis petugas pemadam di lapangan, penyebab utama jago merah mengamuk adalah korsleting listrik,  mencapai sekitar 90 persen, sisanya penyebab lain. Misalkan teledor saat memasak dan lupa mematikan kompor sehingga bisa memancing terjadinya kebakaran. Belum lagi bila warga kerap menumpuk soket dalam satu terminal, juga dapat menjadi pemicu kebakaran.

“Semua itu masuk dalam kelalaian manusia, harus lebih waspada. Misal  memeriksa instalasi listrik,” tuturnya.

2. Bekerja sama dengan PLN untuk mengurangi penyebab korsleting listrik

Editorial Team

Tonton lebih seru di