Tumpukan Sampah Tutupi Sungai Martapura, Jalur Transportasi Terganggu

Banjarmasin, IDN Times - Jalur transportasi sungai di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, terganggu akibat pampangan atau tumpukan sampah yang menyumbat aliran Sungai Martapura, tepatnya di sekitar Jembatan Pasar Lama. Kondisi ini semakin parah dalam beberapa hari terakhir, menyebabkan permukaan sungai tertutup sepenuhnya oleh sampah.
Fenomena ini bahkan membuat warga dan relawan dapat berdiri di atas tumpukan sampah seolah berada di daratan.
1. Pampangan muncul usai hujan deras
Menurut warga, pampangan mulai terlihat sejak Rabu malam (29/1/2025) setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Hingga Jumat pagi, volume sampah terus bertambah dan menumpuk hingga menyerupai pulau kecil di tengah sungai.
“Pampangan ini muncul setelah hujan deras. Saat ini kami berusaha menguraikannya dengan alat seadanya,” ujar Agus, salah seorang warga yang berada di lokasi.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa tumpukan sampah terdiri dari berbagai material, mulai dari eceng gondok, plastik, sampah rumah tangga, ranting pohon, hingga limbah lainnya. Kondisi ini tidak hanya menghambat pergerakan perahu dan kapal kecil, tetapi juga mencemari lingkungan sekitar.
2. Fenomena rutin di musim hujan
Pengamat lingkungan dan pariwisata, Khuzaimi, menjelaskan bahwa pampangan merupakan fenomena tahunan yang terjadi akibat sampah yang terbawa arus dari daerah hulu sungai menuju muara di Sungai Barito.
“Setiap musim penghujan, pampangan ini selalu terjadi. Sampah dari hulu terbawa arus dan menumpuk di titik-titik tertentu, terutama di sekitar jembatan dan kawasan pasar,” jelasnya.
Pemerintah Kota Banjarmasin selama ini menangani pampangan dengan menggunakan kapal pembersih atau kapal sapu-sapu serta metode manual. Namun, upaya tersebut dinilai belum cukup efektif untuk mencegah penumpukan besar seperti yang terjadi saat ini.
3. Ancaman pendangkalan sungai
Jika tidak ditangani dengan cepat, pampangan berisiko mempercepat proses sedimentasi di Sungai Barito yang dapat menyebabkan pendangkalan. Proses pengerukan sungai tentu membutuhkan anggaran besar dan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
“Penumpukan sampah seperti ini bisa dicegah jika ada kontrol sejak awal. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan dan menerapkan sistem pencegahan lebih efektif, seperti pemasangan jaring penangkap sampah di titik strategis atau penyediaan alat berat di sepanjang sungai,” ujar Khuzaimi.
Saat ini, warga dan relawan terus berupaya membersihkan pampangan secara manual. Namun, diperlukan langkah konkret dari pemerintah untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang, demi menjaga kelancaran transportasi sungai serta kelestarian lingkungan di Banjarmasin.