Mikhayla, orangutan betina berusia 10 tahun dan anggota termuda dalam kelompok ini, diselamatkan dari dalam konsesi tambang milik PT Kaltim Prima Coal di dekat jalan raya Sangatta–Bengalon, pada 12 Januari 2025. (IDN Times/Erik Alfian)
Salah satu orangutan yang akan dilepasliarkan adalah Uli, orangutan jantan berusia 28 tahun yang ditemukan pada 2021 setelah memasuki kawasan permukiman di tepi hutan. Ia kemudian diselamatkan oleh tim wildlife rescue dari BKSDA Kalimantan Timur, Seksi Konservasi Wilayah (SKW) III Balikpapan, bersama Yayasan BOS. Setelah menjalani proses rehabilitasi di Samboja Lestari, Uli kini sehat dan memiliki berat badan mencapai 80 kg.
Sementara itu, Mikhayla, orangutan betina berusia 10 tahun dan anggota termuda dalam kelompok ini, diselamatkan dari dalam konsesi tambang milik PT Kaltim Prima Coal di dekat jalan raya Sangatta–Bengalon, pada 12 Januari 2025. Saat ditemukan, kondisinya sangat memprihatinkan akibat kekurangan gizi parah dan stres berkepanjangan.
Operasi penyelamatan ini merupakan hasil kerja sama antara BKSDA Kalimantan Timur, Yayasan BOS, Centre for Orangutan Protection (COP), dan Conservation Action Network (CAN). Setelah tiga bulan rehabilitasi, Mikhayla dinyatakan siap kembali ke habitat alaminya.
Satu orangutan betina lainnya, Mori, juga turut dilepasliarkan. Mori sebelumnya pernah dilepasliarkan ke Hutan Kehje Sewen pada 2019, namun kembali ke Samboja Lestari pada 2020 untuk menjalani perawatan intensif. Kini, setelah dinyatakan pulih, Mori kembali dilepasliarkan ke rumahnya di hutan.
Jamartin Sihite, dalam sambutannya, menyatakan bahwa momentum pelepasliaran ini menjadi pengingat akan pentingnya kolaborasi dalam upaya konservasi orangutan yang terancam punah. Sebab, meski pelepasliaran terus dilakukan, tantangan yang dihadapi masih sangat besar.
Saat ini, terdapat lebih dari 350 orangutan masih menunggu masa depan mereka di pusat rehabilitasi. Perlindungan orangutan harus terus dilakukan demi membangun bumi yang adil dan lestari.
"Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan lembaga konservasi adalah kunci untuk memastikan hutan tetap menjadi rumah yang aman bagi orangutan dan seluruh kehidupan yang bergantung padanya," papar dia.