Ilustrasi pengeroyokan. (IDN Times/Sukma Shakti)
Komandan Pasukan Brimob II, Brigjen Pol Arif Budiman, angkat bicara soal insiden dugaan penganiayaan terhadap warga Desa Jonggon, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Menurut Arif, peristiwa tersebut berawal dari kesalahpahaman antara anggotanya dengan masyarakat dan kini telah diselesaikan secara damai.
Insiden yang terjadi pada Kamis (17/7/2025) dan Jumat (18/7/2025) itu menjadi sorotan publik setelah salah seorang warga bernama Puji Friayadi mengaku mengalami kekerasan fisik saat menegur personel Brimob yang memasang balok kayu di jalan umum.
Dalam keterangannya, Brigjen Arif menjelaskan bahwa pemasangan balok kayu di depan Mako Brimob bertujuan untuk mencegah aksi kebut-kebutan yang kerap terjadi di jalur tersebut.
“Memang karena banyak yang kebut-kebutan di depan Mako (Brimob), anggota pasang balok, bukan kayu kecil, supaya mereka tidak kebut. Itu bukan untuk menghalangi warga biasa,” ujarnya.
Namun, kehadiran seorang pengemudi pikap yang memprotes pemasangan kayu tersebut memicu ketegangan.
“Ada orang pakai pikap datang, saya kurang paham siapa yang lebih dulu mulai bicara keras. Ada anggota yang menegur, ‘Kamu mau jadi preman, kok ngalang-ngalangin jalan?’ Terjadi adu mulut, lalu selesai. Tapi keesokan harinya kejadian berlanjut,” katanya.
Arif menyebut, pada Jumat sore (18/7/2025), sekitar 20 orang warga yang dipimpin oleh Ketua RT setempat datang ke Mako Brimob dengan emosi. Ia mengklaim kedatangan massa itu bukan untuk mediasi, melainkan menerobos masuk ke area penjagaan.
“Mereka datang langsung ngebut masuk ke penjagaan. Anggota juga sedang olahraga sore saat itu. Akhirnya terjadi keributan,” jelasnya.
Arif menyebut bahwa bentrokan tersebut dipicu oleh informasi yang tidak akurat yang beredar di grup pesan instan warga.
“Saya punya rekamannya, isinya ajakan seperti ‘Ayo rame-rame ke SPN, ke Brimob’. Itu bentuk provokasi. Setelah dijelaskan, mereka baru sadar informasinya salah,” katanya.
Menurut Arif, setelah situasi terkendali, pihaknya memfasilitasi pertemuan dan mediasi antara anggota dan warga. “Setelah kita bawa ke kantor, mereka mengerti, dan akhirnya minta maaf. Mereka mengira ada warga yang dipukuli. Tapi setelah kita jelaskan, tidak ada itu,” tegasnya.
Arif juga mengatakan bahwa pihak Brimob bertanggung jawab atas warga yang mengalami luka ringan dalam insiden tersebut. “Beberapa memang ada yang luka. Tapi kita tanggung biaya pengobatannya. Bahkan keluarga korban sudah kita datangi dan kita jelaskan semuanya,” ungkapnya.
Arif berharap masyarakat tidak langsung mengambil tindakan atas informasi yang belum diverifikasi. “Kalau dapat informasi yang belum jelas, sebaiknya diklarifikasi dulu. Jangan langsung ambil tindakan. Ini semua karena salah paham dan miskomunikasi,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa hubungan antara Brimob dan masyarakat Desa Jonggon selama ini berjalan baik dan pihaknya berkomitmen menjaga harmoni. “Kami selama ini baik-baik saja dengan warga. Kita tinggal bersama di lingkungan yang sama. Mari jaga situasi tetap kondusif,” pungkasnya.