Meskipun hal itu dipercaya masyarakat, namun peneliti Herbal di Universitas Lambung Mangkurat, Prof Eko Suhartono mengaku belum pernah melakukan riset penelitian tentang kecubung.
Bahkan ia juga mengaku belum pernah melihat buah yang dianggap membuat efek halusinasi itu. Apalagi tentang penawar efek kecubung.
Kabid Kesmas Dinkes Banjarmasin, Dr Emma menyampaikan bahwa efek kecubung tergantung berapa banyak yang dimakan dan berapa lama konsumsinya.
Ia menyarankan penderita agar segera ke fasilitas pelayanan kesehatan/RS, agar bisa ditindak sesuai medis. Biasanya diberikan obat-obatan antipsikotropik seperti obat antikecemasan dan antidepresan. Sementara yang ketergantungan akan diterapi rehabilitasi.
“Efek kecubung baiknya di bawa ke pelayanan kesehatan, apalagi menimbulkan gejala keracunan. Maka harus segera mendapat pertolongan dari dokter atau tenaga medis untuk mencegah kondisi yang lebih berbahaya,” tuturnya.