Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_0395.jpeg
Warga ricuh saat polisi razia PETI di Bengkayang. (IDN Times/istimewa).

Pontianak, IDN Times - Waka Polda Kalbar, Irjen Pol Roma Hutajulu merespon kekisruhan masyarakat Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar) yang tak terima saat polisi melakukan razia Penambang Emas Tanpa Izin (PETI).

Sebelumnya, Polres Ketapang melakukan operasi penertiban PETI. Namun aksi tersebut tak diindahkan masyarakat. Sejumlah aparat sempat ditahan.

“Kita mau makan apa pak kalau ini digusur, apa bapak mau tanggung jawab?,” kata salah satu warga dalam video yang beredar sebelumnya.

1. Bakal tetap ditindak

Waka Polda Kalbar, Irjen Pol Roma Hutajulu. (IDN Times/Teri).

Waka Polda Kalbar, Irjen Pol Roma Hutajulu menerangkan, bahwa pihaknya bakal tetap melakukan penindakan dan penegakan hukum di bidang penambangan emas ilegal.

“Kami memang tetap sesuai dengan instruksi pimpinan tetap akan melakukan penindakan dan penegakan hukum di bidang peti. Kita memang sudah melakukan penindakan preferentif dulu pembinaan, sosialisasi, edukasi,” kata Roma, Sabtu (30/8/2025).

2. PETI berdampak stunting

Ilustrasi stunting (pexel)

Menurut Roma, tambang emas ilegal ini menyebabkan kerusakan lingkungan, hingga menyebabkan stunting dan berdampak pada ibu hamil.

“Dampak PETI itu kan kerusakan lingkungannya sangat parah dan itu berkorelasi dengan penggunaan masyarakat terhadap aliran air sungai yang terpapar oleh logam berat, sehingga itu juga berkorelasi ke stunting dan ibu-ibu hamil,” tuturnya.

Dia mengajak masyarakat untuk menjaga ekosistem untuk anak cucu di masa mendatang. Saat ini, kata Roma, kerusakan lingkungan sudah dapat dilihat seperti banyaknya sedimentasi-sedimentasi akibat PETI yang tak terkoordinir.

3. Wakapolda sebut Lebih baik bertani daripada menambang liar

Warga ricuh saat polisi razia PETI. (IDN Times/istimewa).

Roma mengimbau kepada masyarakat untuk dapat melestarikan lingkungan, salah satu caranya adalah bertani, dan mengikuti program ketahanan pangan.

“Semoga masyarakat lebih mengerti, lebih baik kita bertani, mengikuti program ketahanan pangan swasambada pangan, melalui padi, tanam sawah, tanam jagung dan sebagainya,” jelasnya.

Sungai-sungai di Kalbar, kata Roma sudah berwarna coklat karena pencemaran lingkungan, dengan sedimentasinya yang cukup tinggi.

“Karena semua ekosistem di tengah sungai tersebut dan hutan itu sudah terpapar semua dengan logam berat penggunaan merkuri ini harus kita cegah, lebih baik bertani, bercocok tanam, bersawah, kemudian juga menanam jagung kira-kira ini yang harus digaungkan,” tukasnya.

Editorial Team