TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ternak dari Luar Samarinda Dibatasi, Peternak Lokal Untung

Omzet peternak meningkat jelang idul adha

ilustrasi sapi (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

Samarinda, IDN Times - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di daerah luar membawa keuntungan bagi pedagang hewan kurban lokal. Sebab pedagang dari luar daerah tidak masuk, sehingga omzet mereka meningkat ketimbang tahun sebelumnya.

"Biasanya ada pedagang dari luar kota masuk, seperti dari Sulawesi. Kebetulan yang biasanya di Jalan  A. Wahab Sjahranie (AWS)  ada 7 lapak  sekarang hanya tinggal 3 lapak,” kata Dafi, salah satu pedagang sapi kurban, seperti dilansir dari Antara, Sabtu (2/7/2022).

Baca Juga: Tuduh Istri Selingkuh, Pria di Samarinda Malah Perkosa Adik Ipar

1. Omzet penjualan peternak lokal meningkat

Ilustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)

Ia mengaku, wabah penyakit mulut dan kuku pada sapi tidak mempengaruhi jumlah penjualan hewan kurban, bahkan justru mengalami kenaikan omzet.

Menurutnya, isu wabah PMK  memang terjadi di daerah lain dan saat ini tidak ada di Kalimantan Timur (Kaltim) sehingga  tidak mempengaruhi penjualan, bahkan berpengaruh terhadap kenaikan harga.

“Harga sapi kurban mengalami kenaikan kisaran Rp3 juta sampai Rp4 juta per ekor," katanya.

Ia  mengungkapkan, dulu ia bisa menjual sapi kurban per ekor paling murah dengan harga Rp13 juta, sekarang penjualan paling murah seharga Rp15 juta.

2. Harga per ekor kambing sampai Rp4 juta

ilustrasi sapi (unsplash.com/Doruk Yemenici)

Dafi menjelaskan, sapi dagangannya merupakan sapi yang dipasok dari Sulawesi dan NTT. Namun dengan regulasi yang sangat ketat seperti melakukan vaksinasi, memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan hingga sapi wajib di karantina minimal 14 hari sebelum dikirim.

"Regulasi ini  yang membuat harga sapi modalnya menjadi naik dibanding tahun sebelumnya. Makanya kenaikan per ekor sapi Rp3 juta - Rp4 juta," tuturnya.

Hal senada juga diungkapkan pedagang sapi kurban, Zanang Sulaiman,  kasus  wabah PMK mempengaruhi harga penjualan dan konsumen menjadi lebih waspada.

"Alhamdulillah tidak mempengaruhi jumlah penjualan, cuma konsumen lebih waspada seperti menanyakan bagaimana kesehatan sapi terkait penyakit kuku dan mulut serta menanyakan apakah sudah ada sertifikat apa belum," ujar Zanang.

Baca Juga: Ibu di Samarinda Diduga Siksa Anak Kandung Berusia 11 Bulan 

Berita Terkini Lainnya