Perkembangan Islam Balikpapan, Masjid Tertua sampai Tradisi Khataman

Masuk melalui Balikpapan Barat, sebagai pusat kota

Balikpapan, IDN Times - Kota Beriman julukan Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) terkenal dengan ragam budaya. Mayoritas populasi penduduknya, bahkan bukan suku asli Kalimantan yakni pendatang Bugis dan Jawa. 

Suku asli Kalimantan terbesar hanya diwakili masyarakat Banjar bersama kaum minoritas lain seperti Kutai dan Dayak. Kendati begitu masuknya Islam di Balikpapan tak terlepas dari perkembangan Islam di Kerajaan Kutai Kartanegara.

Memasuki abad ke 16, Kerajaan Kutai Kartanegara mulai terpengaruh masuknya ajaran Islam di nusantara. Sistem pemerintahannya pun sudah berganti menjadi kesultanan dari sebelumnya kerajaan. 

Agama Islam kemudian disebarkan ke daerah-daerah sekitar kerajaan tersebut. Salah satu di antaranya Balikpapan. 

Ingin mengetahui sejarah Islam di masa lampau, IDN Times menghubungi seorang ulama Balikpapan, Muiz Abdullah. Ia menceritakan, ia sendiri sebenarnya termasuk pendatang di Balikpapan. 

1. Toleransi beragama sudah merasuk di Balikpapan sejak dulu

Perkembangan Islam Balikpapan, Masjid Tertua sampai Tradisi KhatamanIlustrasi Toleransi Agama (IDN Times/Mardya Shakti)

Muiz Abdullah seorang pendatang serta menetap di Samarinda Kaltim pada tahun 1977 silam. Sampai kemudian menetap di Balikpapan pada tahun 1985. Namun sejak di Kaltim ia kerap berpindah Samarinda-Balikpapan.

Ia menceritakan, pada masa itu masjid yang ada di Balikpapan tersebar di empat kecamatan. Yaitu Balikpapan Timur, Balikpapan Selatan, Balikpapan, Barat, Balikpapan Utara, yang mana Penajam masih bagian dari Balikpapan. 

Jumlah masjid mencapai 131 dengan musala sekira 99. Sementara kala itu gereja ada 23. Rumah ibadah lain ada 1 kelenteng, 4 vihara, dan 1 pura. 

"Pada masa itu keagamaan sangat penuh toleransi. Penduduk Balikpapan berkisar 300 ribu orang. Sekarang sudah hampir 700 ribu lebih," ungkap Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Balikpapan ini.  

Baca Juga: Kisah Didin Hamid, Bisnis Kopi di Balikpapan sampai ke Mancanegara

2. Penghuni Balikpapan mayoritas warga pendatang yang beragama Islam

Perkembangan Islam Balikpapan, Masjid Tertua sampai Tradisi KhatamanMasjid Al Ula di Balikpapan Kaltim. (IDN Times/Mela)

Umat muslim Balikpapan kala itu mencapai 89 persen. Yang didominasi Ahlussunah wal jamaah. Mereka adalah Muhammadyah dan Nahdlatul Ulama. Sementara untuk aliran lain seperti salafi mulai masuk belakangan. 

"Kegiatan keagamaan berjalan. Sampai jumlah masjid berkembang, sekarang ada 453. Alhamdulillah kegiatan keagamaan masing-masing masjid maupun langgar ini kemudian menjadi pemersatu," ungkap pria berusia 74 tahun ini. 

Balikpapan pada tahun 1980-an itu mulai menampilkan satu motto  yakni Kota Beriman. Singkatan dari bersih, indah, aman dan nyaman. 

Karena 99,99 persen orang Balikpapan adalah umat beragama, maka diharap kota ini bisa menjadi kota yang ditempati orang-orang beriman.

"Itu pada 1986, dicanangkan Kota Beriman. Disosialisasikan ke rumah-rumah ibadah. Safari dilakukan tak hanya bapak-bapak tapi juga ibu-ibu," katanya.

3. Pembangunan Masjid Al Ula yang tertua di Balikpapan

Perkembangan Islam Balikpapan, Masjid Tertua sampai Tradisi KhatamanIlustrasi Ramadhan (IDN Times/Sukma Shakti)

Masjid tertua pertama di Balikpapan adalah Masjid Al Ula yang juga sebagai ikon masuknya islam di Balikpapan pada masa itu. Masjid ini telah berusia ratusan tahun dan jadi saksi perkembangan sejarah Islam di Balikpapan. 

Masjid yang berlokasi di Jalan Letjen Suprapto, Kelurahan Baru Ulu Balikpapan Barat ini awal mulanya adalah musala di masa penjajahan Belanda. Hingga akhirnya dibangun sebagai masjid oleh para saudagar yang berlabuh di kawasan Kampung Baru. 

Kawasan tempat dibangunnya Masjid Jami Al Ula ini adalah pusat perdagangan Kota Balikpapan yang lokasinya dekat pesisir pantai. Banyak saudagar memasarkan dagangannya di kawasan tersebut. Mereka berasal dari Sulawesi, Banjarmasin, dan lainnya. 

Para saudagar melalui kawasan pesisir ini juga sekaligus bertindak sebagai pendakwah yang memberikan pengetahuan tentang agama Islam dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari kepada masyarakat. 

Inilah yang awal pembangunan Masjid Al Ula. Masjid di kawasan pemukiman mayoritas warga etnis Bugis-Makassar ini bisa diibaratkan menjadi tonggak sejarah penyebaran agama Islam di Balikpapan. 

Masjid Al-Ula kemudian menjadi pelopor berdirinya bangunan masjid masjid lain di kota yang mayoritas penduduknya adalah muslim.

4. Masjid pertama ini berulang kali mengalami bencana kebakaran

Perkembangan Islam Balikpapan, Masjid Tertua sampai Tradisi KhatamanIDN Times/istimewa

Muiz juga menceritakan tentang sejumlah bencana yang pernah menimpa Masjid Al Ula. Antara lain kebakaran yang sempat terjadi di tahun 1948 dan 1984. 

"Dua kali terjadi kebakaran besar di sekitar masjid. Padahal rumah yang terbakar menempel dengan masjid. Bahkan di kebakaran kedua ada ribuan rumah yang terbakar," ungkapnya. 

Untuk informasi, masjid setelah beberapa kali mengalami renovasi. Sampai akhirnya hal tersebut cukup menghilangkan keaslian bangunan masjid yang terbuat dari kayu. 

Alkisah, masjid ini juga sempat nyaris terkena ledakan bom tentara sekutu pada saat Perang Dunia II, antara tahun 1941-1945. Namun anehnya, bom yang dijatuhkan tepat di sebelah masjid, tidak meledak. 

"Di 1988 kira-kira, mulai ada bantuan untuk masjid dari pemerintah. Nah,  Masjid Al Ula ini salah satu yang direnovasi," sebut Muiz.

5. Perkembangan dan tradisi Islam di Balikpapan

Perkembangan Islam Balikpapan, Masjid Tertua sampai Tradisi Khatamanpixabay.com/shzern

Perkembangan Islam terus terjadi sampai saat ini. Pusat kota pun berpindah ke kawasan Balikpapan Kota. Masjid Agung At Taqwa kemudian menjadi masjid besar atau induk  Balikpapan. 

"Masjid At Taqwa itu juga termasuk masjid lama di Balikpapan. Tapi cikal bakalnya adalah yang di Balikpapan Barat itu. Dulu kotanya melalui Pelabuhan Kampung Baru itu," jelasnya. 

Menurutnya, perkembangan Kota Balikpapan memang dimulai dari kawasan Balikpapan Barat. Yang berkembang terus dan tersebar di Balikpapan. 

Tradisi umat Islam di Balikpapan, sebenarnya sudah banyak dipengaruhi budaya luar Kaltim. 

"Karena kan kebanyakan warga Balikpapan pendatang seperti Jawa dan Bugis. Lainnya ada Banjar, Dayak dan Kutai," jelas Muiz. 

Heterogen populasi Balikpapan ini menumbuhkan tradisi baru seperti khataman Alquran. Biasa dilaksanakan di masjid dan membaca surah Ad Dhuha sampai An Naas. 

"Itu biasa saat pembacaan surah Al Fiil, anak-anak berebut. Biasanya saat khataman telur yang telah dihias diletakkan di tengah masjid," katanya. 

Ini, lanjutnya memberikan motivasi anak-anak untuk membaca Alquran. Budaya ini masih terus dilaksanakan hingga tahun 90-an. Belakangan ini budaya tersebut sudah mulai hilang perlahan. "Tapi saat kegiatan Ramadan tetap kebersamaan masyarakat," katanya. 

Nilai tradisi keagamaan banyak yang dipengaruhi juga oleh budaya etnis luar Kalimantan ini. "Orang Bugis misalnya, nilai keagamaan dan rasa kekeluargaannya juga cukup tinggi," ujarnya. 

Balikpapan terbangun sebagai kota yang cukup kondusif, baik antar masyarakat, pemerintah maupun aparat daerah.

"Meskipun sayangnya sejak pandemik COVID-19, pelaksanaan kegiatan keagamaan sempat dibatasi, seperti Ramadan 2020 selalu. Tapi alhamdulillah pada tahun ini kegiatan yang sudah mulai longgar lagi," ucapnya.

Baca Juga: Balikpapan Youth Spirit, Komunitasnya Anak Muda Cinta Balikpapan

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya