Soal Belajar Tatap Muka, Ini Kata Wali Kota dan Kadisdikbud Balikpapan

Sebagian orangtua siswa masih dukung pelaksanaan PTM

Balikpapan, IDN Times - Kasus COVID-19 di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur mengalami lonjakan cukup tinggi. Bahkan tembus hingga ratusan kasus per hari. Sejumlah anak-anak mulai banyak yang terpapar, padahal tak lama lagi masuk tahun ajaran baru. 

Hal ini memicu pro kontra orangtua siswa. Ada yang ingin anaknya tetap sekolah daring atau online, namun tak sedikit juga yang berharap pembelajaran tatap muka (PTM) tetap dilakukan. 

Merespons hal ini, Kepal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Balikpapan, Muhaimin mengatakan, bahwa kebijakan dilaksanakannya PTM atau tidak diserahkan kepada Ketua Satgas COVID-19 Balikpapan, dalam hal ini Wali Kota Rahmad Mas'ud. 

"Nanti kan semua akan diputuskan Wali Kota selaku Ketua Satgas COVID Balikpapan. Jadi sekarang beliau melihat perkembangan kasus COVID Balikpapan. Jadi atau tidaknya tatap muka akan disampaikan ketua Satgas sebelum tahun ajaran baru," ungkap Muhaimin Kamis (1/7/21). 

1. Keputusan terkait PTM akan diambil H-3 dimulainya tahun ajaran baru

Soal Belajar Tatap Muka, Ini Kata Wali Kota dan Kadisdikbud BalikpapanKepala Dinas Pendidikan Kota Balikpapan Muhaimin. IDN Times/ Mela Hapsari

Tahun ajaran baru 2021/2022 akan dimulai pada tanggal 12 Juli mendatang. Dia memastikan keputusan dari ketua Satgas setidaknya akan disampaikan tiga hari sebelum hari pertama sekolah.

"Tentunya hal ini sudah kami bahas nama Pak Wali Kota dan Pak Sekda (Sekretaris Daerah). Kemudian nanti kami disuruh melihat situasi yang ada sambil tetap mempersiapkan syarat PTM. Apakah jadi atau tidak melihat perkembangan COVID di Balikpapan," terangnya. 

Kendati pelaksanaan PTM belum bisa dipastikan, persiapan tetap dilakukan. Secara teknis, sepanjang sekolah tersebut bisa menerapkan protokol kesehatan, juga sekolah berada di zona hijau, maka PTM bisa dilakukan.

"Tapi untuk kebijakan ini kan tak hanya bisa berpaku pada RT yang masuk zona hijau atau tidak. Tapi jika kasus keseluruhan kota Balikpapan naik, Pak Wali pasti ada pertimbangan tersendiri. Tak hanya melihat wilayah tapi keseluruhan Kota Balikpapan," terang Muhaimin. 

Baca Juga: Izin Bermain, Zahra Hilang Diculik Orang Tak Dikenal di Balikpapan

2. Wali Kota Balikpapan akan melihat perkembangan kasus COVID-19

Soal Belajar Tatap Muka, Ini Kata Wali Kota dan Kadisdikbud BalikpapanWakil Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas'ud (tengah) (Dok.IDN Times/Istimewa)

Sampai saat ini, cukup banyak guru yang terpapar. Bahkan mendekati tahun ajaran baru, sejumlah guru di sekolah-sekolah dinyatakan positif COVID-19. "Ada yang di SD 006, juga tiap hari ada saja sekolah yang melaporkan gurunya positif. Jadi dalam satu hari pasti ada. Makanya kami berhati-hati," katanya.

Apalagi sebelumnya ada pernyataan Gubernur Kaltim Isran Noor yang menyarankan untuk menunda tatap muka. Menurutnya ini tentu saja menjadi salah satu pertimbangan wali kota. Terkait ini, Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas'ud menyatakan, penundaan PTM mungkin saja dilakukan. 

"Nanti kalau memang dari trennya tidak turun, bisa saja kami mengambil langkah untuk kebaikan anak-anak kita. Juga guru-guru," katanya. 

Nantinya dirinya akan melihat kembali 3 hari sebelum tahun ajaran baru dimulai. "Sekitar tanggal 9 Juli, kalau tren belum ada penurunan bisa saja dilakukan penundaan tatap muka," katanya. 

Kepastian dari PTM atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini apa dipastikan pada tanggal 9 Juli 2021. Keduanya bisa saja terjadi. Kendati meskipun dilakukan PTM nanti juga akan terbatas.

3. Masih ada orangtua siswa yang dukung PTM tetap dilaksanakan

Soal Belajar Tatap Muka, Ini Kata Wali Kota dan Kadisdikbud BalikpapanIlustrasi siswa sekolah dasar belajar online (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Sementara, salah satu orangtua siswa di Balikpapan, Fery Cahyati (40) mengungkapkan lebih memilih anaknya sekolah tatap muka dengan protokol kesehatan. Fery memiliki dua orang anak yang saat ini bersekolah, yakni di jenjang SD dan SMA. 

Menurutnya PTM bisa saja dilakukan sesuai anjuran Kementerian Pendidikan, dan pihak sekolah harus menerapkan prokes dengan disiplin. "Jangan sampai kendor juga aturannya. Kalau menurut saya, anak-anak sekarang sudah bisa diajarkan disiplin kok," katanya.

Menurut dia, kalau di rumah, si anak sudah disiplin prokes, tentunya di sekolah murid akan ikuti anjuran atau peraturan sekolah. "Anak saya yang SD juga harapannya PTM. Dia sudah paham tentang protokol kesehatan, dan dia saya yakin sanggup disiplin," katanya. 

Diakuinya sebelum ia menyetujui PTM melalui angket, terlebih dahulu ia meminta persetujuan anak-anaknya. Dirinya sudah terbiasa diskusi dan mendengar pendapat anak-anaknya. Si anak juga harus memahami konsekuensi dari pembelajaran tatap muka ini. 

"Saya juga kasih pemahaman, bermain juga tidak seperti dulu lagi. Kalau ngobrol tidak bisa pegang tangan atau bersentuhan fisik. Juga harus jaga jarak," katanya. 

Dirinya pun menyatakan, apabila ternyata pemerintah menetapkan PJJ dilanjutkan, ia juga akan tetap mengikuti kebijakan tersebut. "Jadi bagi saya tidak ada masalah mau PJJ atau PTM. Yang penting prokes secara disiplin," katanya. 

Senada, Maulana (35), yang dua anaknya juga bersekolah mengaku lebih memilih PTM saja. Ia yakin, jika sekolah akhirnya membuka tatap muka, itu artinya sekolah tersebut sudah dengan persiapan matang. "Makanya saya yakin saja sekolah mampu," ujarnya.

Apalagi anak-anak sudah terlihat mulai bosan dengan pembelajaran jarak jauh. Salah seorang putranya yang kini masuk TK nol besar lebih kesulitan jika harus belajar secara daring. "Apalagi kalau tidak sekolah tapi les kan sama saja," ujarnya. 

4. Khawatir siswa tak disiplin terapkan prokes

Soal Belajar Tatap Muka, Ini Kata Wali Kota dan Kadisdikbud BalikpapanIlustrasi Sekolah dari Rumah (IDN Times/Arief Rahmat)

Kebalikannya, Ryan (35), memiliki adik yang lagi memasuki jenjang SMP. Ia mengaku lebih memilih belajar daring saja, karena merasa khawatir dengan lonjakan kasus yang terjadi belakangan. Pasalnya tidak semua anak bisa memahami protokol kesehatan. 

"Misalnya adik saya sudah menerapkan protokol kesehatan, teman-temannya kan belum tentu. Makanya saya pikir untuk kebaikan dia juga lebih baik belajar di rumah saja," ujarnya.

Sama dengan Ryan, Diah (30), guru les juga lebih setuju jika tetap dilakukan PJJ. Sebenarnya bisa saja, jika menerapkan PTM. Tapi lebih cenderung ke siswa dengan usia SMP dan SMA. 

"Kalau murid saya banyak SD dan SMP. Mungkin untuk SD lebih baik daring dulu, karena beberapa murid saya juga sulit jika diharuskan belajar menggunakan masker. Mereka bilang sulit konsentrasi kalau pakai masker, risih," katanya. 

Menurut dia, sebenarnya semua kembali kepada orang tua yang mengajarkan anaknya disiplin. Tapi nyatanya masih banyak anak-anak yang belum paham. "Mungkin kalau kelas VI bisa sih, kalau di bawah itu mungkin belum ya," tandasnya. 

Baca Juga: 250 Anak Positif Terinfeksi COVID-19 di Balikpapan

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya