Korban Bulliying Banyak Dialami Siswa SD dan SMP di Banjarmasin

Disdik sudah bentuk tim PPA

Banjarmasin, IDN Times - Bulliying atau kasus kekerasan dan penindasan terhadap yang lemah sering terjadi di lingkungan sekolah. Apakah kasus ini sudah mendapat perhatian serius oleh pemerintah setiap daerah.

Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), menyampaikan sejauh ini belum menemui kasus bulliying yang masuk ke dinas. Bukan berarti tidak ada, namun kasusnya itu dapat ditangani sendiri oleh pihak sekolah.

1. Belum ada laporan kasus bulliying ke disdik

Kepala Disdik Kota Banjarmasin, Nuryadi mengatakan, bahwa pihaknya bersama Tim perlindungan anak yang terdiri dari Dinas PPA, Kepolisian serta dokter psikolog, rutin melakukan sosialisasi ke setiap sekolah. Hal itu bertujuan sebagai antisipasi dan Edukasi ke siswa maupun guru.

"Belum ada laporan kasus bulliying yang masuk ke kita. Mungkin saja kasusnya dapat diselesaikan di sekolah, bisa juga karena rutinitas tim yang gencar mensosilisasikan tentang kekerasan pada perempuan dan anak," katanya.

Nuryadi melanjutkan, memang bulliying itu dapat berdampak buruk bagi korbannya. Sebagai antisipasinya, setiap sekolah dibawah naungannya diwajibkan ada petugas pendamping konseling atau yang biasa disebut guru BK. Guru BK diminta sigap mengatasi permasalahan siswa di lingkungan sekolah.

2. Pembully dan yang dibully sama berdampak

Korban Bulliying Banyak Dialami Siswa SD dan SMP di BanjarmasinPsikolog RSUD Ulin Banjarmasin, Gusti Noor Ermawati.

Lalu, dampak apa saja yang muncul akibat korban bulliying? 

Menurut pakar Psikolog di Banjarmasin, Gusti Noor Ermawati, kasus bulliying pada anak itu sama-sama memiliki dampak, baik yang membully maupun yang dibully.

Kalau yang membulli itu akan berdampak memicunya si anak menjadi seorang yang bebas dan arogan, hingga akhirnya anak ketagihan sering berbuat kejahatan, karena tidak ada yang melakukan pendekatan dan menasehatinya.

Kemudian, korban bulliying nya itu berdampak pada mental si anak sendiri. Misalnya anak tidak percaya diri lagi, depresi, merasa tidak dihargai dan bahkan ada yang sampai berani melukai dirinya sendiri.

Dalam itu semua, kata Erma, pendekatan orang tua di rumah sangat dibutuhkan. Orang tua harus peka terhadap anaknya, misalnya melihat perubahan prilaku yang mendadak, anak menjadi pendiam.

"Peran orang tua sangat penting apabila terjadi bulliying. Dari orang tua kepercayaan dirinya dapat tumbuh kembali, jangan sampai anak berlarut dalam kesedihannya, nanti mentalnya terganggu," katanya.

3. Pasien korban bulliying banyak dialami anak SD dan SMP

Dokter Psikolog yang bertugas di RSUD Ulin Banjarmasin ini menyampaikan, bahwa pasien anak yang membutuhkan bantuan psikolog di polikliniknya termasuk kasus bulliying, hampir setiap hari ada.

Ia tak menyebut datanya, namun kebanyakan yang menjadi korbannya adalah anak perempuan dengan setara pendidikan SD dan SMP. Mengapa anak perempuan, karena perempuan itu cenderung memiliki mental yang lemah bila dibanding laki-laki.

Bagaimana mengembalikan kepercayaan diri anak yang menjadi korban bulliying itu? Kata Ermawati, orang tua di rumah harus mendengarkan curhatan si anak, orang tua jangan sampai acuh apalagi mengoloknya.

"Sekali lagi, jiwa anak ini labil mentalnya belum terbentuk baik seperti anak SD dan SMP yang paling banyak jadi pasien kami. Kalau usia SMA mentalnya rata-rata sudah terbentuk," katanya.

 

 

Topik:

  • Silfa Humairah Utami

Berita Terkini Lainnya