Kisah Kapolresta Balikpapan, Kecil Makan Tiwul, Bersyukur Jadi Polisi

Kisah inspiratif Kombes Pol Turmudi

Balikpapan, IDN Times - Kapolresta Balikpapan Kombes Pol Turmudi, SIK ternyata menyimpan kisah inspiratif di balik perjalanannya menjadi seorang polisi. Hidup masa kecil yang susah menempa dirinya menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah. 

IDN Times menyajikan wawancara khusus dengan Kapolresta Balikpapan Kombes Pol Turmudi mengenai kehidupan dan tugasnya sebagai Kapolresta Balikpapan. Simak di sini kisahnya, ya.

1. Masa kecil yang penuh perjuangan

Kisah Kapolresta Balikpapan, Kecil Makan Tiwul, Bersyukur Jadi PolisiKapolresta Balikpapan Kombes Pol Turmudi (IDN Times/Mela Hapsari)

Turmudi mengisahkan, orangtuanya bekerja sebagai buruh tani dan bekerja serabutan. "Pada saat saya lahir, orang tua saya buruh panen. Kalau pas panen, ikut membantu. Menghitungnya pakai batok kelapa, pembagiannya satu banding tujuh. Kita satu batok, yang punya sawah tujuh batok padi," katanya.

Turmudi merupakan anak terakhir dari 7 bersaudara, dari pasangan suami istri Miran dan Sukarti. Ia menuturkan, maklum dilahirkan di kampung, tanggal lahir Turmudi tidak tercatat dengan pasti.

"Kampung saya namanya Durenan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Saya lahir tanggal 10-10-1973, tapi saya juga tidak yakin kepastian tanggal lahir saya, itu hanya kira-kira saja," katanya. 

Perjalanan nasibnya berubah, saat ayahnya alih profesi. Saat Turmudi masih kecil orangtuanya sempat sukses berjualan kayu Kalimantan. Rumahnya menjadi salah satu yang terbagus di kampung. Namun saat ia kelas 1 SD, usaha orangtuanya bangkrut. Semua harta keluarganya ludes.

"Setelah itu bangkrut, habis semua. Rumah disita. Habis. Kita gak punya apa-apa. Kemudian orangtua saya numpang di nenek tapi bukan nenek kandung," katanya.

2. Hidup sederhana, makan gaplek dan tiwul

Kisah Kapolresta Balikpapan, Kecil Makan Tiwul, Bersyukur Jadi Polisiilustrasi tiwul (negerikuindonesia.com)

Di balik sikap tegasnya, Turmudi ternyata bisa emosional saat mengisahkan masa kecilnya. 

Saat mengalami kebangkrutan, orangtua Turmudi kemudian bekerja sebagai buruh tani dan serabutan. Segala macam pekerjaan dilakukan oleh kedua orangtua Turmudi untuk menyambung hidup dan membiayai keluarganya.

Makan nasi bagi keluarganya saat itu, adalah suatu kemewahan.

"Dulu waktu saya kecil, makan saya dari singkong, tiwul atau nasi gaplek. Itu pun belum tentu kita bisa rutin sehari tiga kali. Kadang sekali, kadang dua kali. Makan seadanya. Bisa dikatakan kalau dulu  orang banyak puasa Senin Kamis, kita makannya yang Senin Kamis, sisanya puasa," ujarnya dengan suara tercekat dan mata berkaca-kaca.

Terbata-bata ia melanjutkan kisahnya. Turmudi sangat mengagumi semangat kedua orangtuanya. Meskipun sering hanya makan tiwul atau gaplek, saking tak ada uang, bagi kedua orangtua Turmudi, pendidikan anak-anak adalah yang utama.

Tentunya bukan murah membiayai tujuh anak untuk bersekolah.

"Prinsip orangtua saya, biar saya (ibu) hidup di bawah kolong jembatan yang penting kalian sekolah, minimal SMA. Itu tekad orangtua. Tapi kakak saya yang pertama sekolah sampai SD saja, karena saking gak kuat ekonomi," katanya. 

3. Sejak kecil terbiasa mandiri

Kisah Kapolresta Balikpapan, Kecil Makan Tiwul, Bersyukur Jadi PolisiKapolresta Balikpapan, Kombes Pol Turmudi. (IDN Times/Surya Aditya)

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Turmudi telah terbiasa mencari uang sendiri untuk meringankan beban orangtuanya.

"Saya kelas 3 SD sudah biasa cari uang, jualan es lilin ambil dari tetangga. Zaman itu per termos dapat Rp25. Saya bisa dapat Rp50 sampai Rp75 sehari. Lumayan saya bisa beli makanan. Itu sekitar tahun 1983. Saya juga bisa beli buku," katanya.

Selain menjual es lilin, Turmudi juga mencari rupiah dengan menjadi pengambil anak panah dalam turnamen-turnamen panahan di kampung, serta menjual koran. 

Menumpang di rumah orang ternyata tak nyaman. Orangtua Turmudi kemudian memutuskan pindah dan membuka warung makan di bantaran sungai.

"Orangtua membuka warung makan di tanggul Sungai Ngasinan, Jembatan Semarum, Trenggalek. Saya waktu itu SMP. Di situ sekitar tahun 1987-an. Mulai agak baik ekonomi. Sudah gak makan gaplek lagi. Warung lumayan ramai. Di situ saya sudah mulai bisa makan enak," ujar Turmudi.

4. Tak pernah terpikir untuk menjadi seorang polisi

Kisah Kapolresta Balikpapan, Kecil Makan Tiwul, Bersyukur Jadi PolisiAkademi Kepolisian (pemkotsemarang.tumblr.com)

Waktu kecil Turmudi tak pernah terpikir untuk menjadi seorang polisi. Ia masuk kepolisian karena didorong oleh kakaknya. Ia hanya ingin menjadi orang yang berguna.

"Cita-cita ingin berguna bagi nusa, bangsa, dan negara, orangtua, dan agama. Itu klasik. Semua anak-anak kecil pun tahu. Gak ada kepikiran mau masuk ke polisi sama sekali. Saya justru dulu lulus SMA malah mau kerja di pabrik rokok di Kediri," katanya.

Namun, saat masih kelas 3 SMA, kakaknya menyuruh Turmudi mendaftar AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Indonesia). Dari Trenggalek ke Surabaya perlu waktu 5 jam naik bus dan tentu butuh biaya tak sedikit, karena tes masuk AKABRI ini dilakukan beberapa kali.

"Waktu dari kampung ke Surabaya kan perlu biaya. Dulu pernah saya waktu kecil saya dikasih ayam sama nenek, terus saya besarin jadi kambing. Ada kan cerita itu, kan? Itu fakta yang saya alami. Kambing kemudian jadi sapi. Itu betulan terjadi sama saya. Waktu mondar-mandir itu, sapi saya jual untuk modal nge-kos, mondar-mandir dan tes beberapa kali. Saya diterima di Akpol tahun 1992," kata Turmudi.

Setelah lolos masuk Akademi Kepolisian (Akpol) Turmudi baru menyadari bahwa banyak isu untuk masuk AKABRI perlu uang atau bantuan 'orang dalam'. Namun, hal itu tidak berlaku untuknya. Ia murni masuk AKABRI (jurusan Kepolisian/ Akpol) karena kemampuannya.

"Namanya AKABRI dulu terkenal pakai uang, pakai beking. Ternyata saya nggak (perlu membayar atau beking). Saya persiapan hanya (latihan) lari. Kalau renang saya sudah biasa, karena belakang rumah saya sungai," katanya.

Ia bersyukur dapat meringankan beban orangtua, dan setelah menjadi polisi dapat membantu orangtuanya secara finansial. "Bersyukur adalah kuci hidup saya," katanya.

5. Emosional tetapi bangga mengenang perjuangan hidupnya yang tak mudah

Kisah Kapolresta Balikpapan, Kecil Makan Tiwul, Bersyukur Jadi PolisiKombes Pol Turmudi, SIK. bersama keluarga (dok.pribadi)

Setelah menjadi polisi yang hidup berkecukupan dan nyaman. Bagaimana Turmudi mengenang masa kecilnya?

"Mengenang masa lalu emosional tapi bangga," jawabnya.

Ia mengaku mendapatkan pelajaran hidup berharga dari pengalaman masa kecilnya. Hal ini ia tanamkan kepada kedua anaknya Taqiyya Mutiara Tsabita dan Halmar Chesta Adabi.

"Setiap manusia pasti dibekali Allah SWT potensi sendiri-sendiri. Jadi gak usah khawatir, gak usah takut siapapun bisa sukses. Latar belakang kaya ataupun, gak mampu, miskin, susah, gak usah berkecil hati," bebernya.

Turmudi menuturkan dirinya mempercayakan pengasuhan anak kepada istrinya, namun ia tak lepas selalu memberikan motivasi dengan contoh-contoh kehidupannya di masa lalu untuk anak-anaknya.

Ia menambahkan, "Jangan sampai anak-anak saya merasakan seperti saya dulu. Ini saya doktrinkan ke anak-anak supaya mereka bisa menghargai jerih payah," katanya.

6. Polisi tegas ini ternyata menyimpan sisi jiwa yang romantis

Kisah Kapolresta Balikpapan, Kecil Makan Tiwul, Bersyukur Jadi PolisiKombes Pol Turmudi, SIK dan keluarga (Dok.pribadi)

Turmudi mengaku selain kedua orangtuanya, ia juga sangat mengagumi istrinya, Baiq Dewi Prihatina.

Turmudi menyebut, istrinya sebagai orang yang mengenalkan cinta kepadanya. Ia mengaku dengan kelembutan, istrinya berhasil mengubah sosoknya yang keras dan temperamen.

"Dia bisa mengubah saya yang dulu menjadi saya yang sekarang, di luar ibu saya sendiri. Ibu saya tetap nomor satu dan gak ada penggantinya. Ketika bapak ibu saya meninggal istri sayalah yang memotivasi," katanya.

Siapa sangka di balik sosoknya sebagai polisi yang keras tersimpan jiwa yang romantis. Perasaannya kepada sang istri yang dinikahinya tahun 1998 ini bahkan diungkapkan melalui lagu "Kau Membawa Cinta".

"Saya bikin lagu sendiri untuk mengekspresikan perasaan hati saya tentang istri saya. Liriknya menggambarkan apa yang saya rasakan mengenai istri saya," katanya tersenyum.

(Video lagu  ada di bagian bawah artikel ini)

7. Menjaga Balikpapan tetap aman dan kondusif untuk persiapan IKN

Kisah Kapolresta Balikpapan, Kecil Makan Tiwul, Bersyukur Jadi PolisiKapolresta Balikpapan Kombes Pol Turmudi,SIK (IDN Times/Surya Aditya)

Pria dengan moto hidup 'mengalir seperti air, apa adanya tetap mempertahankan semangat dan motivasi' ini, mulai menjabat sebagai Kapolresta Balikpapan sejak Desember 2019.

Sebelumnya pada tahun 2013 Turmudi pernah menjabat sebagai Kapolres Bulungan, Kalimantan Utara. Kemudian pada 2014 menjadi Kapolres Berau. Sebelum menjabat Kapolresta Balikpapan, Turmudi menduduki posisi Wadir Binmas Polda Kaltim.

Terkait tugasnya sebagai Kapolresta Balikpapan, Turmudi menjelaskan Balikpapan merupakan kota yang aman, tertib, dan kondusif. Ia tidak memiliki program spesial untuk Kota Minyak ini. Namun ia menegaskan, ia selalu berusaha agar Balikpapan tetap aman dan kondusif terutama posisinya sebagai kota penyangga Ibu Kota Negara (IKN). 

Turmudi juga gencar melakukan razia narkoba yang menjadi salah satu prioritasnya.

"Saya ingin menekan maraknya peredaran narkoba yang sudah menjamah ke semua lini. Pengungkapan-pengungkapan banyak kita ekspos. Bukan karena kejahatannya meningkat tapi karena operasional lebih tinggi dan ada pengungkapan ini untuk menunjukkan polisi tidak tidur, dan menjaga balikpapan aman dan kondusif untuk mempersiapkan IKN," jelasnya.

Meskipun Polresta Balikpapan mengalami kekurangan personel, tetapi Turmudi menganggap itu bukan hambatan untuk bekerja karena semua wilayah mengalami hal yang sama. "Kita men-support anggota supaya bekerja lebih semangat dan produktif dengan cara-cara kita," pungkas Turmudi.

Nah, itulah kisah perjalanan hidup Kapolresta Balikpapan Kombes Pol Turmudi, SIK yang semoga bisa menjadi inspirasi bagimu. 

 

https://www.youtube.com/embed/XB5WKXn3-Bk

Baca Juga: Penipuan Jual Rumah Modus Over Kredit, 3 Warga Balikpapan Jadi Korban

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya