Cuaca Ekstrem, Puluhan Hektare Sawah di Balikpapan Terendam Air 

Tidak ada laporan gagal panen

Balikpapan, IDN Times - Fenomena badai La Nina akan memasuki Indonesia selama bulan November hingga Februari 2022 mendatang. Dalam keadaan cuaca ekstrem itu, seluas 40 hektare sawah padi di Balikpapan Timur sempat tergenang air hujan. 

Untungnya, genangan air hujan tersebut cepat surut hingga tidak merusak tanaman padi masyarakat. 

“Beruntungnya sempat panen dan hasilnya cukup bagus, saya juga sempat takut juga, pasalnya 40 hektare lahan kami terendam semua,” kata Kepala Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) Heria Prisni, Sabtu (23/10/2021). 

Masyarakat Balikpapan pun diimbau untuk waspada menghadapi datangnya cuaca ekstrem tersebut, terutama bagi yang yang berprofesi petani dan nelayan. 

“Untuk tanaman kalau cuacanya ekstrem sekali, misalnya hujannya tinggi sekali itu akan merusak tanaman juga. Walaupun tanaman perlu air, namun jika kelebihan juga akan merusak tanaman juga,” ujar Heria.

1. Tanaman palawija turun

Cuaca Ekstrem, Puluhan Hektare Sawah di Balikpapan Terendam Air Kepala Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Balikpapan Heria Prisni, (IDN Times/Hilmansyah)

Tetapi di sisi lain, Heria mengakui, di tengah kondisi cuaca yang kurang bersahabat ini berdampak negatif pada tanaman palawija. Seperti jagung, singkong, talas dan kacang-kacangan mengalami penurunan karena diserang hama dan penyakit tanaman.

“Selain itu, petani juga harus ekstra memeliharanya karena jika semakin hujan lebat akan merusak tanaman,” tegasnya.

“Jadi jika hujan lebat, petani harus menyiram lagi tanamannya karena kalau tidak disiram lagi, kan tanah bekas percikan hujan kan menempel di daun tanaman, nah jika tidak dibersihkan akan membuat busuk tanaman."

Heria juga menegaskan, pihaknya saat ini juga menggalakan gerakan menanam sayuran di pekarangan rumah karena jika petani gagal panen, maka harga sayuran akan tinggi di pasaran

“Namun ibu rumah tangga dan warga yang memiliki tanaman sayur di halaman rumahnya masih bisa panen untuk memenuhi kebutuhan pangan. Itulah yang kita galakan saat ini,” jelasnya.

Baca Juga: Anak Gen Z yang Harumkan Balikpapan dalam Ajang PON Papua

2. Tidak ada laporan gagal panen

Cuaca Ekstrem, Puluhan Hektare Sawah di Balikpapan Terendam Air 

Dikatakannya, meski demikian sampai saat ini belum ada laporan gagal panen. Namun jika produksi kurang, ia pun mengimbau agar masyarakat maklum jika harganya mahal. 

Karena yang dulunya panen 10 ton, saat ini hanya 5 ton. 

“Sehingga untuk menutupi harga produksinya, harga terpaksa harus dinaikkan, tapi ini tidak lama, jika cuaca bagus maka harga kembali akan normal kembali, seperti kemarin sempat naiknya harga bayam dan kangkung namun hanya sebentar saja,” tegasnya.

3. Nelayan budidaya tidak terpengaruh

Cuaca Ekstrem, Puluhan Hektare Sawah di Balikpapan Terendam Air Ilustrasi kapal-kapal nelayan. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

Sedangkan untuk sektor perikanan, katanya, di tengah kondisi cuaca ekstrem ini tidak terlalu berpengaruh karena di Kota Balikpapan kebanyakan nelayan budidaya. Sedangkan nelayan tangkap sudah merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Kaltim.

“Jadi budidaya tidak terlalu berpengaruh, karena lokasi sudah tertentu dan kondisinya sudah ditentukan pemilik,” tegasnya.

Salah satunya budidaya lele, katanya, saat ini perkembangannya cukup pesat. Jika semula membudidayakan dengan ember sekarang mulai dengan menggunakan kolam.

“Kalau diember hanya bisa menampung 50 ekor bibit saja, namun dengan kolam bisa lebih banyak bibit yang bisa dibudidayakan,” tutupnya.

Baca Juga: Zona Merah COVID-19 di Kaltim Tersisa Wilayah Balikpapan

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya